Jumat, 11 September 2020

Rifan Financindo Berjangka - Mau Trading di Akhir Pekan? Simak Dulu 7 Kabar Pasar Hari Ini

 

RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis kemarin terpaksa terkapar di zona merah setelah ambles 5,01% ke level 4.891,46 setelah sebelumnya perdagangan sempat dihentikan oleh bursa karena anjlok lebih dari 5%.

Rencana pemberlakuan kembali PSBB (pembatasan sosial berskala besar) secara total oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjadi sentimen negatif bagi pasar kendati PSBB bertujuan guna menekan tingkat positif Covid-19 di DKI yang melonjak.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 668 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 10,2 triliun.

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan 'rem darurat' kembali ditarik. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota kembali diketatkan, tidak ada lagi PSBB Transisi. Mulai 14 September, warga Jakarta kembali disarankan untuk #dirumahaja.

"Kita akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu," tegas Anies.

Upaya ini terpaksa ditempuh mengingat kasus corona di Jakarta boleh dikata sangat mengkhawatirkan. Per 8 Agustus, jumlah pasien positif corona mencapai 48.393 orang. Bertambah 1.014 orang (2,14%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Selain kabar tersebut, simak juga peristiwa emiten yang terjadi sepanjang perdagangan kemarin untuk mempertimbangkan 'trading' Jumat ini (11/9/2020).


1. Saham Anjlok, Pemilik SCTV Buyback Lagi Saham Rp 500 M

Emiten media Grup Emtek, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), merencanakan untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hal itu sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis ini (10/9/2020), manajemen SCMA menyatakan akan membeli kembali saham dengan jumlah biaya pembelian sebanyak-banyaknya Rp 500 miliar atau paling banyak 20% dari modal disetor dalam perseroan, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor.

2. Setor Rp 221 M, Indika Caplok 25% Saham Tambang Emas Sulsel

Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) yakni PT Indika Mineral Investindo (IMI), masuk ke proyek tambang emas Awak Mas di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), dengan melakukan penyertaan saham 25% senilai US$ 15 juta atau setara dengan Rp 221 miliar (asumsi kurs Rp 14.700/US$) di PT Masmindo Dwi Area (Masmindo).

Masmindo adalah anak usaha Nusantara Resources Ltd (NUS), perusahaan tercatat di Bursa Australia yang juga menjadi mitra Indika yang mengelola tambang tersebut.

Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono perusahaan sudah melakukan penandatanganan perjanjian penyertaan saham dengan pihak-pihak terkait yakni Indika Mineral Investindo (IMI) selaku anak usaha, Nusantara Resources, dan Masmindo, pada 25 Februari 2020.

3. Kejar Cuan, Cathay Life Fokus Membidik Investasi Obligasi

Perusahaan asuransi asal Taiwan, Cathay Life Insurance Co. mengungkapkan bahwa perseroan kini mulai berhati-hati dalam berinvestasi meskipun kas perusahaan masih meningkat pada kuartal II-2020 dibandingkan dengan kuartal I-2020.

Kehati-hatian itu akan diimplementasikan dengan memilih obligasi atau instrumen pendapatan tetap (fixed income) dengan ratinglebih tinggi untuk menghindari volatilitas di tengah pandemi Covid-19.

Kas perseroan pada Juni naik sebesar NT$ 108 miliar atau US$ 3,66 miliar (sekitar Rp 54 triliun, kurs Rp 504/new dolar Taiwan) di Juni lalu dari NT$ 152 miliar pada kuartal I-2020 menjadi NT$ 260 miliar atau Rp 131 triliun per akhir Juni lalu. Jumlah kas itu sebesar 3,9% dari total portofolio investasi Cathay Life, naik dari 2,4% pada kuartal pertama.

4. Butuh Rp 24 T Selamatkan Jiwasraya, Dari Mana Sumber Dananya?

Holding BUMN Penjaminan dan Perasuransian, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau Bahana (BPUI) mengungkapkan total dana yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan likuiditas PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencapai Rp 24,2 triliun.

Besaran dana itu adalah bagian dari skema yang ditetapkan dalam penyelesaian kondisi keuangan Jiwasraya.

Bahana yang kini memakai brandIndonesia Financial Group (IFG) sudah mengungkapkan bahwa perseroan akan mendirikan anak usaha baru dengan nama IFG Life guna menyelamatkan Jiwasraya. Perusahaan baru ini akan menampung portofolio Jiwasraya yang sudah direstrukturisasi.

5. Apakah Ini Dua Calon Kuat yang Bakal Jadi Dirut Bank Mandiri?

Lima bankir dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pekan lalu ditempatkan di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Termasuk di dalamnya adalah Direktur Utamanya yakni Royke Tumilaar yang didapuk menjadi direktur utama BNI.

Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BNI pada Rabu ini (2/9/2020).

Salah satu calon yang paling kuat untuk menjadi direktur utama Bank Mandiri adalah Wakil Direktur Utamanya saat ini, yakni Hery Gunardi. Dia merupakan salah satu anggota tim merger pendirian Bank Mandiri pada 1998-1999 yang sebelumnya memulai karir di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).

Satu kandidat lainnya yang juga disebut-sebut bakal mengisi posisi ini adalah salah satu alumni Bank Mandiri yang sudah malang melintang mengisi posisi direksi di BUMN lainnya, yakni Pahala Nugraha Mansury.

6. Jakarta PSBB Total, Begini Jeritan Perusahaan Properti

Sektor properti menjadi salah satu yang terkena dampak cukup signifikan pandemi Covid-19. Terlebih lagi, mulai Senin pekan depan, DKI Jakarta akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara total.

Sekretaris Perusahaan Intiland, Theresia Rustandi, kepada CNBC Indonesia menyampaikan, pada dasarnya pengusaha mendukung rencana pemerintah dalam mengendalikan pandemi.

Namun, harus diakui, kondisi pasar properti masih cukup berat di tahun ini. Ditambah lagi dengan kebijakan pembatasan sosial, diperkirakan bakal menyebabkan penurunan penjualan.

7. Jelang Pergantian Direksi, Begini Kinerja BNI di Juli 2020

Jelang pergantian direksi, kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ternyata tumbuh di atas rata-rata industri. Bahkan BNI memiliki modal yang kuat untuk menggenjot penyaluran kredit.

Bila melihat pada laporan keuangan bulanan, hingga Juli 2020 BNI terus meningkatkan penyaluran kredit demi mendukung pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Penyaluran kredit BNI bank only telah menembus Rp 546,47 triliun pada akhir Juli 2020, meningkat 5,1% dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Realisasi sampai Juli tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi perusahaan yang mematok pertumbuhan 2-4% karena pelambatan ekonomi - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : cnbcindonesia.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar