PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Laju penguatan harga emas dunia sedang tertahan pada
perdagangan setelah melesat sepanjang pekan lalu.
Meski demikian, "selangkah lagi" harga emas dunia berpeluang terbang
tinggi lagi.
Harga emas dunia sepanjang pekan lalu membukukan penguatan 3,5%, dan
Senin kemarin naik lagi 0,27% ke US$ 1.835,43/troy ons. Level tersebut
merupakan yang tertinggi sejak 10 Februari lalu.
Sementara pada perdagangan hari ini pukul 16:33 WIB, emas turun tipis 0,02% ke US$ 1.835,29/troy ons.
Jebloknya dolar Amerika Serikat (AS) serta yield obligasi
(Treasury) membuat harga emas dunia mampu melesat. Dolar AS dan yield
Treasury sedang mengalami penurunan setelah rilis data tenaga kerja AS
Jumat lalu yang menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran naik
menjadi 6,1% di bulan April, naik dari bulan sebelumnya 6%. Sementara
pelaku pasar sebelumnya memprediksi tingkat pengangguran turun menjadi
5,8%.
Hal tersebut memperkuat sikap bank sentral AS (The Fed) yang tidak
akan merubah kebijakan ultra-longgar dalam waktu dekat, yang tentunya
memberikan tekanan dolar Amerika Serikat (AS) serta yield obligasi (Treasury).
Indeks dolar AS sepanjang pekan lalu turun 1,15% dan mencapai level
terendah dan mencapai level terendah sejak 25 Februari. Hingga hari ini,
indeks dolar AS masih terus menurun meski tipis-tipis. Kemudian, pada
yield Treasury 5,2 basis poin ke 1,579%.
Selain itu menyebabkan dolar AS dan yield Treasury merosot, kebijakan ultra-longgar The Fed, dengan suku bunga rendah 0,25%, dan program pembelian obligasi (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan merupakan bahan bakar emas untuk menguat.
Pada tahun lalu, kebijakan The Fed tersebut membawa emas mencetak
rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus
2020.
Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, mengatakan data
tenaga kerja yang mengecewakan membuat hilangnya ekspektasi The Fed akan
mulai mengurangi nilai program QE di akhir tahun ini. Ia juga
mengatakan emas akan terus menguat akibat penurunan yield Treasury.
Hansen memperkirakan harga emas dunia baru akan melesat jika mampu melewati US$ 1.850/troy ons.
Seperti yang diungkapkan Hansen, secara teknikal rerata pergerakan 200 hari (moving average/MA
200) yang menjadi penghalang laju emas. MA 200 berada di kisaran US$
1.850/troy ons, dan emas berada di dekat level tersebut. Artinya
"selangkah lagi" jika mampu melewati dan bertahan di atas level tersebut
emas berpotensi melesat lebih tinggi.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah berada wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali
pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di
atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen
berpeluang berbalik arah.
Sehingga MA 200 dan stochastic yang overbought menjadi resisten yang kuat.
Sebelumnya, emas mampu menguat setelah berhasil melewati neckline
pola Double Bottom di kisaran US$ 1.755/troy ons pada 15 April lalu.
Hingga saat ini emas mampu bertahan di atas level tersebut, meski masih
tertahan di bawah US$ 1.800/troy ons.
Bottom pola ini berada di kisaran US$ 1.676/troy ons. Dari level tersebut hingga ke neckline sebesar US$ 79, sehingga ketika neckline ditembus secara konsisten emas berpeluang naik dengan besar yang sama.
Artinya, target penguatan emas ke US$ 1.855/troy ons. Ketika target
penguatan tersebut tercapai, emas juga akan melewati MA 200, sehingga
berpotensi melesat lebih tinggi lagi - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : cnbcindonesia.com