RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis
kemarin terpaksa terkapar di zona merah setelah ambles 5,01%
ke level 4.891,46 setelah sebelumnya perdagangan sempat dihentikan oleh
bursa karena anjlok lebih dari 5%.
Rencana pemberlakuan kembali PSBB (pembatasan sosial berskala
besar) secara total oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjadi
sentimen negatif bagi pasar kendati PSBB bertujuan guna menekan tingkat
positif Covid-19 di DKI yang melonjak.
Data
perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih
sebanyak Rp 668 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh
Rp 10,2 triliun.
Gubernur
DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan 'rem darurat' kembali
ditarik. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota kembali
diketatkan, tidak ada lagi PSBB Transisi. Mulai 14 September, warga
Jakarta kembali disarankan untuk #dirumahaja.
"Kita
akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali
menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB
Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu,"
tegas Anies.
Upaya ini
terpaksa ditempuh mengingat kasus corona di Jakarta boleh dikata sangat
mengkhawatirkan. Per 8 Agustus, jumlah pasien positif corona mencapai
48.393 orang. Bertambah 1.014 orang (2,14%) dibandingkan sehari
sebelumnya.
Selain kabar
tersebut, simak juga peristiwa emiten yang terjadi sepanjang perdagangan
kemarin untuk mempertimbangkan 'trading' Jumat ini (11/9/2020).
1. Saham Anjlok, Pemilik SCTV Buyback Lagi Saham Rp 500 M
Emiten media Grup Emtek, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA),
merencanakan untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham perseroan
yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hal itu sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.
2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi
secara Signifikan.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis
ini (10/9/2020), manajemen SCMA menyatakan akan membeli kembali saham
dengan jumlah biaya pembelian sebanyak-banyaknya Rp 500 miliar atau
paling banyak 20% dari modal disetor dalam perseroan, dengan ketentuan
paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor.
2. Setor Rp 221 M, Indika Caplok 25% Saham Tambang Emas Sulsel
Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) yakni PT Indika Mineral
Investindo (IMI), masuk ke proyek tambang emas Awak Mas di Kabupaten
Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), dengan melakukan penyertaan saham 25%
senilai US$ 15 juta atau setara dengan Rp 221 miliar (asumsi kurs Rp
14.700/US$) di PT Masmindo Dwi Area (Masmindo).
Masmindo adalah anak usaha Nusantara Resources Ltd (NUS), perusahaan
tercatat di Bursa Australia yang juga menjadi mitra Indika yang
mengelola tambang tersebut.
Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono perusahaan sudah
melakukan penandatanganan perjanjian penyertaan saham dengan pihak-pihak
terkait yakni Indika Mineral Investindo (IMI) selaku anak usaha,
Nusantara Resources, dan Masmindo, pada 25 Februari 2020.
3. Kejar Cuan, Cathay Life Fokus Membidik Investasi Obligasi
Perusahaan asuransi asal Taiwan, Cathay Life Insurance Co.
mengungkapkan bahwa perseroan kini mulai berhati-hati dalam berinvestasi
meskipun kas perusahaan masih meningkat pada kuartal II-2020
dibandingkan dengan kuartal I-2020.
Kehati-hatian itu akan diimplementasikan dengan memilih obligasi atau instrumen pendapatan tetap (fixed income) dengan ratinglebih tinggi untuk menghindari volatilitas di tengah pandemi Covid-19.
Kas perseroan pada Juni naik sebesar NT$ 108 miliar atau US$ 3,66
miliar (sekitar Rp 54 triliun, kurs Rp 504/new dolar Taiwan) di Juni
lalu dari NT$ 152 miliar pada kuartal I-2020 menjadi NT$ 260 miliar atau
Rp 131 triliun per akhir Juni lalu. Jumlah kas itu sebesar 3,9% dari
total portofolio investasi Cathay Life, naik dari 2,4% pada kuartal
pertama.
4. Butuh Rp 24 T Selamatkan Jiwasraya, Dari Mana Sumber Dananya?
Holding BUMN Penjaminan dan Perasuransian, PT Bahana Pembinaan Usaha
Indonesia (Persero) atau Bahana (BPUI) mengungkapkan total dana yang
diperlukan untuk menyelesaikan persoalan likuiditas PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) mencapai Rp 24,2 triliun.
Besaran dana itu adalah bagian dari skema yang ditetapkan dalam penyelesaian kondisi keuangan Jiwasraya.
Bahana yang kini memakai brandIndonesia
Financial Group (IFG) sudah mengungkapkan bahwa perseroan akan
mendirikan anak usaha baru dengan nama IFG Life guna menyelamatkan
Jiwasraya. Perusahaan baru ini akan menampung portofolio Jiwasraya yang
sudah direstrukturisasi.
5. Apakah Ini Dua Calon Kuat yang Bakal Jadi Dirut Bank Mandiri?
Lima bankir dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pekan lalu ditempatkan di
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Termasuk di dalamnya adalah
Direktur Utamanya yakni Royke Tumilaar yang didapuk menjadi direktur
utama BNI.
Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BNI pada Rabu ini (2/9/2020).
Salah satu calon yang paling kuat untuk menjadi direktur utama Bank
Mandiri adalah Wakil Direktur Utamanya saat ini, yakni Hery Gunardi. Dia
merupakan salah satu anggota tim merger pendirian Bank Mandiri pada
1998-1999 yang sebelumnya memulai karir di Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo).
Satu kandidat lainnya yang juga disebut-sebut bakal mengisi posisi
ini adalah salah satu alumni Bank Mandiri yang sudah malang melintang
mengisi posisi direksi di BUMN lainnya, yakni Pahala Nugraha Mansury.
6. Jakarta PSBB Total, Begini Jeritan Perusahaan Properti
Sektor properti menjadi salah satu yang terkena dampak cukup
signifikan pandemi Covid-19. Terlebih lagi, mulai Senin pekan depan, DKI
Jakarta akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar
(PSBB) secara total.
Sekretaris Perusahaan Intiland, Theresia Rustandi, kepada CNBC
Indonesia menyampaikan, pada dasarnya pengusaha mendukung rencana
pemerintah dalam mengendalikan pandemi.
Namun, harus diakui, kondisi pasar properti masih cukup berat di
tahun ini. Ditambah lagi dengan kebijakan pembatasan sosial,
diperkirakan bakal menyebabkan penurunan penjualan.
7. Jelang Pergantian Direksi, Begini Kinerja BNI di Juli 2020
Jelang pergantian direksi, kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk
(BBNI) ternyata tumbuh di atas rata-rata industri. Bahkan BNI memiliki
modal yang kuat untuk menggenjot penyaluran kredit.
Bila melihat pada laporan keuangan bulanan, hingga Juli 2020 BNI
terus meningkatkan penyaluran kredit demi mendukung pemulihan ekonomi di
tengah pandemi Covid-19.
Penyaluran kredit BNI bank only telah menembus Rp 546,47 triliun pada
akhir Juli 2020, meningkat 5,1% dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Realisasi sampai Juli tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi
perusahaan yang mematok pertumbuhan 2-4% karena pelambatan ekonomi - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : cnbcindonesia.com