RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas Antam sedang naik turun belakangan ini, tetapi jika
dilihat lebih ke belakangan sebenarnya logam mulia ini dalam tren
menurun.
Emas Antam menyentuh rekor termahal sepanjang sejarah Rp
1.065.000/batang untuk satuan 1 gram pada 7 Agustus lalu, setelahnya
perlahan bergerak menurun.
Pada hari ini, emas Antam satuan 1 gram dibanderol
Rp 1.009.000/batang, naik 0,2% setelah mengalami penurunan dalam 3 hari
beruntun
Berbicara mengenai emas Antam, salah satu penentu utama harganya tentu
saja harga emas dunia. Saat emas Antam mencetak rekor termahal sepanjang
sejarah, pemicunya adalah emas dunia yang mencapai rekor tertinggi
sepanjang masa US$ 2072,49/troy ons.
salah satu faktor utama yang memicu kenaikan harga emas dunia adalah
pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang membawa perekonomian
global ke jurang resesi.
Kini harapan akan berakhirnya pandemi Covid-19 sedang membuncah setelah pemerintah berencana memulai vaksinasi di bulan depan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) optimistis vaksinasi akan dimulai pada November 2020 dengan menggunakan tiga vaksin cari China.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan Achmad Yurianto vaksin Sinovac, CanSino, dan G42/Sinopharm
sudah selesai uji klinis fase 3 di beberapa negara dan telah mendapatkan
izin emergency use (penggunaan darurat) dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) China.
Khusus vaksin CanSino uji klnis akan selesai September 2020 dan sudah
mendapat izin penggunaan darurat dari Pemerintah China dan Kanada.
Vaksin ini juga sudah disuntik ke tentara China dan petugas kesehatan.
Lantas bagaimana nasib emas Antam jika vaksinasi benar dilakukan bulan November nanti?
Harga emas Antam sudah pasti akan terpengaruh, sebab selain emas dunia, harga emas Antam juga ditentukan kurs rupiah serta supply-demand.
Jika vaksinasi dilakukan bulan November nanti, maka ada peluang kurs rupiah akan menguat melawan dolar AS.
Dengan asumsi harga emas dunia tidak berubah, maka harga emas Antam
kemungkinan akan turun. Sebab, emas dunia dibanderol dengan dolar AS,
ketika Mata Uang Garuda menguat maka emas dunia akan menjadi lebih murah
saat dikonversi ke rupiah.
Berarti harga emas Antam akan turun? Tidak juga, sebab tetap
pergerakan harga emas dunia yang paling akan mempengaruhi harga emas
Antam. Seandainya emas dunia terbang tinggi, harga emas Antam juga pasti
ikut melesat meski kurs rupiah mampu menguat.
Di Indonesia boleh jadi memulai vaksinasi di bulan November nanti,
tetapi tidak di negara-negara lainnya. Setiap pemerintah memiliki cara
dan rencana sendiri untuk menanggulangi Covid-19.
Sayangnya, hingga saat ini pemerintah Amerika Serikat (AS), negara
yang paling menentukan pergerakan harga emas dunia, belum menunjukkan
tanda-tanda akan melakukan vaksinasi. Negeri Adi Kuasa masih
"tersandera" politik, sebab akan ada Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 3
November mendatang.
Alhasil, hingga saat ini para analis masih belum merubah proyeksi
harga emas dunia. Dalam jangka panjang harga logam mulia ini diramal
masih akan terus menguat, bahkan kembali mencetak rekor tertinggi baru.
Artinya, emas Antam juga masih berpeluang kembali ke tren naik.
Bahan bakar emas dunia untuk terus menanjak masih belum habis. Pelaku
pasar kini menanti stimulus fiskal di AS yang masih dalam proses tarik
ulur. Jika stimulus tersebut cair, yang nilainya mencapai triliunan
dolar AS, maka harga emas berpeluang melesat naik lagi.
Stimulus fiskal, bersama dengan stimulus moneter yang dikeluarkan
bank sentral AS membuat jumlah uang yang beredar di perekonomian menjadi
meningkat, sehingga berpotensi memicu kenaikan inflasi, serta
melemahnya dolar AS.
Emas merupakan aset lindung nilai terhadap inflasi, akan menjadi
buruan pelaku pasar jika ada ekspektasi peningkatan inflasi. Sementara
itu, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang selain
dolar AS ketika the greenback melemah, sehingga permintaannya berpotensi
meningkat.
Artinya, kenaikan inflasi dan pelemahan dolar AS akan menjadi pemicu kenaikan harga emas dunia.
Oleh karena itu, Jeff Clark, analis logam mulia senior di
Goldsilver.com, menyatakan setiap penurunan emas merupakan peluang untuk
beli kembali.
Meski volatilitas emas sedang tinggi, artinya naik
turun tajam dalam waktu singkat dan sering sekali terjadi, Clark masih
belum merubah pandangannya jika emas masih akan terus menguat
Ada banyak sekali alasan untuk berinvestasi di emas. Banyak sekali
katalis untuk emas saat ini, bahkan lebih banyak dari rambut di kepala
saya. Kondisi pasar saat ini sangat sempurna untuk emas," kata Clark
sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (9/10/2020) lalu.
Pemilihan presiden di AS yang memicu ketidakpastian, kerusuhan
sosial, fundamental dolar AS yang buruk, kerusakan ekonomi akibat virus
corona, stimulus moneter dan fiskal yang besar dan masih akan lebih
besar lagi, serta suku bunga negatif, merupakan sebagian faktor yang
membuat harga emas akan terus menanjak.
"Saya akan terus membeli emas, saya masih membeli perak, khususnya
saat harga sedang turun sampai seseorang mengatakan ke saya semua
masalah tersebut telah selesai," katanya.
Clark juga menyatakan tidak akan khawatir meski harga emas belakangan
ini sedang menurun, sebab masih banyak ketidakpastian di dunia ini yang
akan membawa emas kembali ke atas US$ 2.000/troy ons.
Saya tidak akan terkejut jika di akhir tahun nanti emas berada di
bawah US$ 2.000/troy ons. Sekali lagi, dalam gambaran besar, setiap
penurunan harga emas merupakan peluang beli bagi saya.
Hal senada juga diungkapkan Frank Holmes, CEO U.S. Global Investor,
yang menyatakan volatilitas tinggi tersebut dikatakan menjadi kesempatan
melakukan aksi buy on dip alias beli saat harga turun, Volatilitas emas menjadi peluang untuk buy on dip. Anda salah jika tak membeli emas," kata Holmes saat diwawancara oleh Kitco.
Holmes memprediksi harga emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons dalam waktu 2 sampai 3 tahun ke depan - RIFAN FINANCINDO
Sumber : cncbindonesia.com