PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Volatilitas yang ekstrim terjadi di pasar sebagai reaksi atas
pergerakan kebijakan moneter yang terbaru dari Federal Reserve dimana
banyak assets yang “risk-on” mengalami spiral turun, namun
mengapa emas yang adalah assets safe-haven sekali lagi menjadi karung
latihan tinju (punching bag)?
Emas gagal bertahan di atas level $1900 per ons pada minggu lalu
dengan pasar bereaksi sangat kacau terhadap kenaikan tingkat bunga dari
the Fed sebesar 50 bps pada hari Rabu minggu lalu sementara meniadakan
kemungkinan kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps pada pertemuan bulan
Juni yang akan datang.
Setelah turun dari $1,935 ke bawah $1,900 dan menyentuh $1,882, harga
emas berhasil bangkit dan memulai minggu perdagangan yang baru pada
minggu lalu di $1908. Namun, pada hari pertama di minggu perdagangan
yang baru minggu lalu, harga emas segera turun tajam menyentuh
kerendahan selama 2 ½ bulan di $1,862.
Tekanan bearish yang kuat terus
menekan harga emas sampai pada hari Kamis, dimana harga emas berhasil
bangkit dan diperdagangkan di atas $1,900 karena dalam pertemuan FOMC
Federal Reserve hari Rabu ternyata bank sentral AS ini tidak se-hawkish
seperti yang ditakuti oleh para investor dan trader. Namun dalam jam
perdagangan selanjutnya harga emas kembali terkoreksi turun ke $1,880
karena menguatnya dollar AS dan pada hari Jumat melanjutkan penurunan ke
$1,876, sebelum akhirnya pada akhir perdagangan berhasil naik kembali
ke $1,883 karena berkurangnya penguatan dolar AS.
Harga emas turun tajam pada awal perdagangan sesi AS hari Senin, menyentuh kerendahan selama 2 ½ bulan. Emas terpukul pada awal minggu lalu oleh kekuatan bearish
diluar pasar emas yaitu kuatnya dollar AS dan turunnya harga minyak
mentah serta naiknya yields treasury AS. Indeks dollar AS naik menyentuh
ketinggian selama 20 tahun, Emas berjangka kontrak bulan Juni turun
$34.70 ke $1,862.00 per troy ons pada hari Senin minggu lalu.
Namun melemahnya dollar AS pada hari Selasa membuat
harga emas berhasil naik kembali. Keengganan terhadap resiko yang masih
tinggi di pasar saat itu berhasil membantu menaikkan harga emas yang safe – haven. Emas berjangka kontrak bulan Juni naik $14.20 ke $1,876.20 per troy ons.
Harga emas diperdagangkan turun sedikit pada hari Rabu. Pasar emas mencoba bertahan di level support
yang kritikal sementara tekanan jual masih terus berlangsung dan tidak
ada minat beli yang muncul dari data employment sektor swasta yang
mengecewakan yang dikeluarkan oleh ADP.
ADP mengatakan bahwa hanya 247.000 pekerjaan yang diciptakan pada
bulan April. Angka ini meleset dari yang diperkirakan dimana konsensus
pasar memperkirakan pertumbuhan pekerjaan sebanyak 382.000. Emas
berjangka kontrak bulan Juni turun $9.70 ke $1,867.80 per troy ons.
Harga emas sempat mengalami kenaikan yang signifikan dan diperdagangkan di atas $1,900 pada awal perdagangan sesi AS hari Kamis
karena dalam pertemuan FOMC Federal Reserve hari Rabu kemarin malam
ternyata bank sentral AS ini tidak se hawkish seperti yang ditakuti oleh
para investor dan trader. Namun dalam jam perdagangan selanjutnya
terkoreksi turun kembali karena menguatnya dollar AS. Emas berjangka
kontrak bulan Juni naik $4.60 ke $1,880.70 per troy ons.
Pada hari Jumat, harga emas sempat naik ke $1,889.40 setelah
munculnya laporan pekerjaan, Non-Farm Payrolls, AS yang bagus, sebelum
akhirnya turun kembali ke $1,876.00. Namun pada akhir perdagangan sesi
AS, harga emas berhasil naik sedikit ke $1,883 per ons karena
berkurangnya penguatan dollar AS dengan keluarnya laporan pekerjaan AS,
Non-Farm Payrolls yang bagus.
Laporan pekerjaan AS bulan April menunjukkan bahwa angka pekerjaan
Non-Farm naik sebesar 428.000. Angka ini lebih tinggi daripada yang
diperkirakan kenaikan sebesar 400.000 dan hampir sama dengan kenaikan
bulan Maret sebesar 431.000. Sementara tingkat pengangguran bulan April
tidak berubah di 3.6%.
Minggu ini, pasar masih bingung dan mempelajari pengumuman mengenai
kebijakan moneter the Fed, termasuk menaikkan tingkat suku bunga sebesar
0.5%, yang paling dinantikan pada minggu lalu.
Setelah pengumuman yang dikeluarkan oleh the Fed, pasar segera
bereaksi dengan Nasdaq membalikkan semua keuntungannya yang tiba-tiba
diperolehnya dan merosot 5% pada hari Kamis dalam satu aksi jual yang
paling buruk yang terjadi sejak Juni 2020.
Pasar bertanya-tanya apakah the Fed telah membuat suatu kesalahan yang membuat resesi menjadi tidak terhindarkan di AS.
Wall Street sekarang percaya bahwa the Fed sedang dalam jalur akan
menaikkan kembali tingkat bunga sebesar 0.5% dalam beberapa pertemuan
berikutnya dan kemudian di dalam symposium di Jakcson Hole mereka akan
harus memutuskan apakah akan tetap terus di jalur yang sama atau merubah
arah. Banyak trader berpikir bahwa the Fed harus membuat semua pilihan
ada di dalam perencanaan mereka untuk memerangi inflasi secara agresif.
Namun the Fed memberikan signal bahwa mereka percaya inflasi sedang
menuju puncaknya. Ada ketakutan di pasar bahwa the Fed telah membuat
kesalahan dan akan bisa membuat ekonomi AS masuk ke jurang resesi dengan
lebih cepat.
Setelah menyatakan bahwa mereka tidak secara aktif mempertimbangkan
kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps, bank sentral AS telah mengunci
diri mereka sendiri ke dalam pengetatan yang sedikit lebih bertahap.
Sebagai responnya, pasar obligasi AS telah mengakhiri aksi jualnya dan
mendorong naik dollar AS kembali ke ketinggian selama 20 tahun, yang
merupakan kabar buruk bagi emas.
Reaksi pasar ini juga bisa menunjukkan bahwa the Fed sedang
kehilangan kredibilitasnya, terutama setelah salah menilai inflasi yang
dianggap rendah sebagai bersifat sementara pada tahun yang lalu. The Fed
menghadapi problem kredibilitas dengan partisipan pasar. Ada
keprihatinan bahwa the Fed telah membuat kesalahan dengan kebijakan
moneternya dan bisa membuat terjadinya resesi oleh karena menaikkan
tingkat suku bunganya.
Perlu diingat, bahwa ada hubungan terbalik antara tingkat bunga
dengan pengangguran. Pengangguran di AS sangat rendah sekarang. Jika
pasar memandang the Fed bersedia membiarkan pengangguran naik untuk
menjinakkan inflasi, ini bukan hasil yang bagus. Ada ketakutan hal ini
akan menyebabkan semakin panjangnya periode yang tidak menguntungkan
bagi assets yang beresiko. Ada likuidasi yang massif dari asset yang
berisiko dalam perdagangan setelah pengumuman kebijakan moneter the Fed
pada minggu lalu, dengan para investor bergerak mencari uang tunai.
Itulah sebabnya semua pasar jatuh bersama-sama pada minggu lalu.
Perlu dicatat bahwa harga emas sebenarnya masih cukup bagus jika
dipertimbangkan seberapa tingginya kenaikan dollar AS. Jadi meskipun
emas masih rentan turun, kekuatan bullish emas masih ada.
Koreksi turun harga emas pada minggu lalu memberikan emas banyak
ruang untuk naik pada minggu ini. Ditambah lagi dengan tingginya dollar
AS kemungkinan bisa sudah mendekati puncaknya. Hal ini adalah baik bagi
emas karena membuat lingkungan makro ekonomi yang mendukung kenaikan
harga emas. Meskipun demikian harga emas kemungkinan masih akan
mengalami volatilitas intraday yang tinggi.
Emas memang kadang-kadang menjadi karung latihan tinju (punching bag). Sampai dollar AS berbalik turun, emas kelihatannya masih akan harus berjuang.
Jika terus ada keengganan terhadap resiko di pasar saham dan jika
apresiasi dollar AS tidak sekuat seperti sekarang, harga emas akan mulai
bisa stabil. Namun, kemungkinan masih akan ada resiko yang besar dari
pergerakan berikutnya di pasar obligasi dan emas masih bisa rentan
terhadap aksi jual yang besar yang terakhir sebelum berbalik naik dari
“bottom”.
Resistance kunci pada minggu ii ada di antara $1,900 – $1920
sementara $1,850 menjadi target support kunci yang jika berhasil
ditembus akan bisa membawa harga emas turun ke $1,800.
Pasar emas akan sangat tergantung kepada data ekonomi yang keluar
pada minggu ini dan data ekonomi yang kritikal untuk diperhatikan adalah
angka inflasi AS bulan April.
Resiko yang signifikan adalah semakin panjangnnya problem rantai
supply dan perang di Ukraina yang terus berlangsung yang menyeret turun
pertumbuhan ekonomi global. Selain itu Cina tidak mau bergeming dengan
kebijakan zero Covid-nya. Ini adalah outlook yang sulit bagi inflasi
yang kemungkinan tidak akan bisa turun secara signifikan.
Konsensus pasar memperkirakan inflasi tahunan AS di bulan April akan turun ke 8.1% setelah naik ke 8.5% di bulan Maret.
Harga inflasi konsumen yang terefleksi di dalam angka Consumer Price
Index (CPI) adalah angka kunci untuk mengukur inflasi AS minggu ini dan
diharapkan sudah melewati puncaknya. Turunnya harga minyak mentah akan
sangat membantu.
Selain data CPI yang akan keluar pada hari Rabu, AS akan
mempublikasikan data Jobless Claims dan Producer Price Index (PPI) pada
hari Kamis dan Michigan consumer sentiment pada hari Jumat.
Support” terdekat menunggu di $1,865 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,849 dan kemudian $1,800.
Resistance” terdekat menunggu di $1,890 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,900 dan kemudian $1,920 - PT RIFAN FINANCINDO
Sumber : vibiznews.com