Rabu, 30 November 2022

PT Rifan Financindo Berjangka - EUR/USD Berhasil Naik karena Sentimen Positip & Melemahnya USD

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - EUR/USD berhasil rebound setelah sempat jatuh ke arah 1.0300 pada awal jam perdagangan hari Selasa dan bergerak positip ke arah 1.0350 dan diperdagangkan di sekitar 1.0344.  Data ekonomi yang keluar dari AS menunjukkan bahwa Consumer Confidence AS melemah di bulan November, membatasi kenaikan dalam dollar AS dan membantu pasangan mata uang EUR/USD mendapatkan dukungan.

Indeks Consumer Confidence AS jatuh ke 100.2 pada bulan November, turun dari angka bulan Oktober di 102.5. Sementara para ekonom memperkirakan angkanya 100.0.

Sebelumnya data ekonomi dari Jerman menunjukkan bahwa Consumer Price Index (CPI) tahunan Jerman bulan November turun ke 10% dari sebelumnya di 10.4% di bulan Oktober.

Pasar saham global kebanyakan naik dalam perdagangan semalam. Index saham AS mengarah menguat pada saat pembukaan perdagangan sesi New York dimulai. Atmosfir yang positip terhadap resiko terefleksi pada naiknya indeks saham FTSE 100 Inggris hampir 1% pada hari itu dan indeks saham berjangka AS naik antara 0.3% dan 0.6%. Persepsi pasar yang positip terhadap resiko ini berdampak signifikan bagi turunnya dollar AS.

Trader dan investor masih memonitor dengan seksama situasi keresahan sipil di Cina. Laporan mengatakan bahwa kasus Covid yang baru di Cina sedang mulai menurun. Turunnya kasus baru harian Covid – 19 dari puncak paling tinggi di 40,347 menjadi 38,645 kelihatannya telah memicu optimisme di pasar.

Selain itu di jalan – jalan sudah tidak ada protes yang besar yang dilaporkan oleh media. Laporan mengatakan bahwa otoritas Cina menurunkan kehadiran polisi yang berat di kota – kota utama untuk menakuti demonstrasi berikutnya pada akhir minggu.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di 1.0314 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0286  dan kemudian 1.0190. “Resistance” terdekat menunggu di 1.0396 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0450 dan kemudian 1.0500 - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : vibiznews.com

Senin, 28 November 2022

PT Rifan - Emas Turun Masuki Pola 'Backwardation', Tapi Incar Kenaikan Mingguan Pasca Fed

PT RIFAN BANDUNG - Harga emas memasuki pola backwardation pada hari Jumat dan menuju kenaikan minggu ini dari optimisme prospek kenaikan suku bunga yang lebih rendah oleh Federal Reserve AS mengimbangi indikator data ekonomi yang buruk.

Harga emas spot diperdagangkan di level yang lebih tinggi daripada harga emas berjangka - sebuah fenomena yang dikenal sebagai backwardation - yang menunjukkan bahwa permintaan jangka pendek untuk logam kuning kemungkinan meningkat.

Emas spot turun 0,1% di $1.753,20/oz, dan emas berjangka yang berakhir Desember turun 0,1% di $1.752,75/oz pukul 07.40 WIB. Kedua instrumen akan naik sekitar 0,3% minggu ini.

Hari libur AS pada hari Kamis memberi pasar logam beberapa isyarat untuk diperdagangkan, di mana volume juga tetap diredam. Tetapi sinyal positif risalah dari rapat Fed bulan November, yang dirilis awal pekan ini, memberikan penggerak untuk harga.

Risalah tersebut menunjukkan bahwa beberapa anggota bank sentral merasa tepat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga, untuk mengukur dampak ekonomi dari kenaikan besar suku bunga tahun ini. Hal ini mengindikasikan tekanan yang relatif lebih rendah pada pasar logam dalam waktu dekat.

Tetapi suku bunga AS masih ada di tingkat yang terakhir terlihat selama krisis keuangan 2008, dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang jauh lebih tinggi.

Namun, emas kemungkinan mendapat dorongan dari permintaan safe haven baru dalam beberapa bulan mendatang, utamanya saat dolar semakin turun, dan karena kondisi ekonomi global memburuk. Data PMI dari Jepang dan AS yang dirilis minggu ini memberikan gambaran suram dari ekonomi terbesar di dunia, seperti halnya infeksi COVID-19 harian yang mencapai rekor tertinggi di China.

Dolar AS akan jatuh 1% minggu ini, pasalnya sinyal dovish dari The Fed mendorong spekulasi bahwa inflasi AS dan laju kenaikan suku bunga The Fed telah mencapai puncaknya tahun ini. Penurunan greenback membantu mendukung pasar logam yang lebih luas.

Harga perak naik 0,3% pada hari Jumat dan akan naik 2% minggu ini, sementara platinum turun 0,2%, tetapi akan naik 1% minggu ini.

Di antara logam industri, harga tembaga naik tipis pada hari Jumat, tetapi akan mengakhiri minggu ini sebagian besar flat akibat sinyal negatif dari negara importir utama China.

Tembaga naik 0,2% di $3,6360, dan ditetapkan untuk mengakhiri minggu ini naik 0,1%. Adapun, nikel turun 0,35% hingga dini hari tadi, timah turun 0,75% di ICE London pada penutupan Rabu, dan tembaga naik 0,32% pukul 13.26 WIB.

China memberlakukan kembali pembatasan pergerakan di beberapa kota besar minggu ini, tatkala negara itu berusaha menahan penyebaran wabah COVID-19 terburuknya di tengah jumlah kasus infeksi harian mencapai rekor tertinggi.

Gangguan terkait COVID membuat pertumbuhan ekonomi China berhenti tahun ini, dan ini sangat merusak permintaan logam di negara importir tembaga terbesar di dunia.

Dengan pertumbuhan yang sekarang akan melemah lebih lanjut dari dampak wabah baru, prospek tembaga tampak mengerikan meskipun ada tanda-tanda pengetatan pasokan.

Lainnya, karet naik 0,32% pada Rabu di Singapura, batubara Newcastle ICE London di 347,75 hingga Kamis, kakao AS turun 0,79%. Sementara, kopi robusta di London berada di 1.845,00 hingga dini hari dan gas alam jatuh 1,67% pukul 13.29 WIB.

Mata uang siang ini, USD/JPY naik 0,05%, GBP/JPY turun 0,06%, GBPUSD turun 0,1%, EURUSD stabil, dan AUD/USD turun 0,02% pukul 13.53 WIB. Kripto bitcoin turun 1,73% BTC/USD dan ethereum turun 2,65% (ETH/USD). Lainnya, ETC/USD turun 2,97% - PT RIFAN

Sumber : investing.com

Senin, 21 November 2022

PT Rifan - EUR/USD Inflasi Tetap Menjadi Problem Utama

PT RIFAN BANDUNG - EUR/USD sempat memperpanjang kenaikannya di bulan November pada hari Selasa minggu lalu ke 1.0480, namun momentum naik ini selanjutnya meredup dan EUR/USD mengakhiri minggu lalu di sekitar 1.0325. Dolar AS tetap berada pada posisi di bawah pada awal minggu lalu di tengah memuncaknya spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan pivot dalam hal kebijakan moneternya setelah ada tanda – tanda inflasi berkurang di Amerika Serikat.

Sentimen yang positip memudar selama minggu lalu di tengah tanda-tanda tekanan inflasi masih tetap tinggi secara global, meningkatnhya ketegangan antara Rusia dengan negara-negara Barat dan ketakutan akan isu rantai supply yang baru setelah sebelumnya sempat selesai. Euro yang sebelumnya mengambil keuntungan dari melemahnya dollar AS secara luas kehilangan sebagian keuntungan yang pernah diperolehnya.

Apa yang Terjadi pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di 1.0354, EUR/USD mengakhiri minggu lalu hari Jumat dengan sedikit penurunan ke 1.0325. Hari Senin sempat turun ke 1.0270 namun akhirnya berhasil naik lagi ke posisi yang sama di 1.0320. Hari Selasa sempat berhasil naik menembus 1.0400 ke 1.0480 namun kemudian turun kembali ke bawah 1.0400, ke 1.0390  sampai hari Rabu dan hari Kamis berada di 1.0370. Pada hari Jumat tidak berhasil bangkit malah terus turun ke 1.0325. .

Pergerakan Harian EUR/USD Minggu Lalu

Hari Senin EUR/USD berhasil menghapus kerugiannya setelah naik kembali ke 1.0320. Sebelumnya pasangan matauang ini sempat turun ke 1.0270 tetapi kemudian dollar AS  kehilangan momentumnya secara luas, yang membuat rebound EUR/USD.

Setelah rally dua hari yang mengesankan, EUR/USD stabil di sekitar 1.0300. Koreksi terbatas dan kecenderungan mengarah naik meskipun sudah dalam posisi “overbought” yang membatasi kenaikan lebih lanjut.

Dolar AS terkoreksi normal selama jam perdagangan sesi Amerika, bahkan pada saat yields AS naik ke posisi yang lebih tinggi. Yields AS 10 tahun berada pada 3.89% sementara yields AS 2 tahun berada pada 4.43%.

EUR/USD bertahan pada keuntungannya yang diperoleh karena rilis publikasi dari Consumer Price Index (CPI) AS bulan Oktober yang mendorong ekspektasi Federal Reserve akan menjadi kurang agresif.

EUR/USD mendapatkan permintaan yang baru dengan pergerakan naik pasangan matauang ini mengarah ke atas 1.0400 pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa malam, dengan pemulihan dollar AS tertahan karena penyangkalan Presiden AS Biden atas keterlibatan misil Rusia yang menyerang Polandia.

Pasangan matauang EUR/USD sempat naik menyentuh 1.0480 pada hari Selasa, level tertinggi sejak awal bulan Juli. Pasangan matauang ini terus naik pada paruh pertama jam perdagangan karena menguatnya saham – saham sehingga menekan turun dollar AS.

EUR/USD melanjutkan kenaikannya setelah muncul data ekonomi AS yang menunjukkan bahwa tekanan inflasi terus mereda. Pada awal perdagangan sesi AS hari Selasa muncul laporan inflasi AS yang berikutnya yang sedikit lebih dingin daripada yang diperkirakan.

Laporan inflasi AS yang datangnya dari Producer’s Price Index (PPI) bulan Oktober, muncul dengan kenaikan di atas 8.0% per tahun, dibandingkan dengan kenaikan sebesar 8.3% yang diperkirakan.

Dari Eropa, GDP area Euro kuartal ke tiga dikonfirmasikan berada pada 0.2% QoQ sebagaimana dengan yang telah diperkirakan sebelumnya. Sementara survey ZEW Jerman menunjukkan bahwa Sentimen Ekonomi pada bulan November membaik dengan Indeks Jerman berada pada – 36.7 dan Zona Euro berada pada – 38.7.

Namun kondisi pasar tiba-tiba berbalik dengan saham – saham mendadak jatuh sementara dollar AS berbalik melanjutkan penguatannya karena munculnya arus safe – haven yang baru akibat berita yang mengatakan bahwa misil Rusia telah ditembakkan dan mengena ke Polandia.

EUR/USD telah kehilangan momentum bullish-nya dan turun di bawah 1.0400 diperdagangkan di sekitar 1.0390 pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu. Sentimen terhadap resiko bergerak ke arah negatip meskipun data ekonomi AS yang keluar, data Retail Sales, bagus. Angka Retail Sales AS ini membantu dollar AS menemukan permintaannya dan membebani pasangan matauang EUR/USD ini.

Para konsumen AS tetap berbelanja besar pada bulan lalu. Menurut data terbaru dari Departemen Perdagangan AS, Retail Sales AS pada bulan Oktober naik 1.3% setelah pada bulan September tidak mengalami perubahan. Data yang baru keluar ini mengatasi yang diperkirakan secara signifikan. Para ekonom hanya memperkirakan kenaikan Retail Sales AS sebesar 1.0%.

Area Financial Stability Review zona Euro yang dipublikasikan oleh ECB, mempertunjukkan bagaimana penurunan ekonomi dan kondisi keuangan zona Euro telah menaikkan resiko pada stabilitas keuangan area euro, di tengah krisis energi yang berkelanjutan yang dipicu oleh perang di Ukraina. Berita ini turut menekan turun EUR/USD ke bawah 1.0400 ke sekitar 1.0390.

EUR/USD mengakhiri perdagangan hari Kamis di teritori merah, namun berhasil mempertahankan sedikit keuntungan mingguannya di zona harga 1.0370. Dolar AS menguat karena datangnya kembali keengganan terhadap resiko, dengan para pemain di pasar semakin prihatin dengan situasi Rusia vs Nato dan meningkatnya penularan coronavirus di Cina yang bisa membawa kepada lockdown yang lebih ketat dan munculnya isu rantai supply yang baru.

Pasar saham global merefleksikan keprihatinan dengan kebanyakan indeks saham turun.

Dari medan data, Area Euro merilis Construction Output bulan September, yang naik 0.1% MoM sebagaimana dengan yang telah diantisipasikan. Inflasi Consumer Price Index zona Euro bulan Oktober direvisi naik ke 10.6% YoY sedikit di bawah perkiraan pendahuluan 10.7%.

Sementara AS mempublikasikan  Initial Jobless Claims untuk minggu yang berakhir pada tanggal 11 November, yang turun menjadi 222.000, lebih baik daripada sebelumnya di 226.000. Philadelphia Fed Manufacturing Survey bulan November muncul di – 19.4, lebih buruk daripada  sebelumnya di – 8.7.

EUR/USD diperdagangkan di sekitar 1.0325 dengan dollar AS bergerak sangat volatile, naik dan turun bergantian, pada awal jam perdagangan sesi AS hari Jumat.

Berbicara di Frankfurt Financial Conference, Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde mengulangi kembali bahwa mereka memperkirakan kenaikan tingkat bunga lebih jauh ke level yang diperlukan.

Mengakhiri minggu ini, sikap para trader dan investor kebanyakan positip setelah keluar laporan retail sales AS bulan Oktober yang jauh lebih baik daripada yang diperkirakan yang membebani dollar AS turun.

Menurut data terbaru dari Departemen Perdagangan AS, Retail Sales AS pada bulan Oktober naik 1.3% setelah pada bulan September tidak mengalami perubahan. Data retail sales ini yang keluar pada hari Rabu, mengatasi yang diperkirakan secara signifikan. Para ekonom hanya memperkirakan kenaikan Retail Sales AS sebesar 1.0%.

Namun antusiasme para trader dan investor diredakan pada hari Kamis oleh retorika yang hawkish dari para pejabat Federal Reserve AS. Para pejabat the Fed mengatakan bahwa ekonomi AS perlu masuk ke dalam resesi selama beberapa saat lamanya agar supaya dapat sepenuhnya menekan turun inflasi yang problematik. Pernyataan para pejabat the Fed ini membuat dollar AS berbalik menguat.

Faktor “Risk-Off” Membebani Euro

Inggris melaporkan Consumer Price Index (CPI) bulan Oktober mencetak rekor yang baru, naik ke 11.1% YoY. Negara ini sebegitu jauh adalah satu-satunya negara yang pemerintahnya dengan terbuka mengakui bahwa ekonomi negaranya berada dalam resesi. Sementara itu dari area Euro, Consumer Price Index dikonfirmasi berada pada 10.6% untuk periode yang sama, sedikit di bawah perkiraan pendahuluan di 10.7%.

Pada pertengahan minggu lalu, kepanikan menghantam pasar keuangan setelah muncul berita bahwa misil yang diduga dari Rusia jatuh di kota Polish dekat perbatasan dengan Ukraina, membunuh dua orang. Setelah dilakukan investigasi, NATO percaya bahwa itu adalah misil dari pertahanan Ukraina, meskipun masih dalam tahapan investigasi.

Selain itu, Cina terus melaporkan naiknnya kasus virus corona. Cina mengumumkan 23.276 kasus baru pada hari Kamis minggu lalu meskipun sudah dilakukan kebijakan zero-covid. Lockdown menyebar ke region-region yang berbeda, yang mengakibatkan keresahan sosial. Cina hampir tidak pernah melonggarkan langkah-langkah restriksi dan dunia takut ekonomi Cina yang terpukul bisa memicu penularan global sebagaimana yang terjadi pada awal tahapan pandemik Covid – 19.

Sementara itu, para bank sentral memberikan tanda-tanda menjelang pertemuan kebijakan moneter mereka pada pertengahan bulan Desember. Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde pada hari Jumat minggu lalu, mengatakan bahwa mereka akan terus menaikkan tingkat bunga, dan menambahkan mereka bahkan mungkin perlu merestriksi aktifitas ekonomi untuk menjinakkan inflasi. Saat ini tingkat bunga ECB berada pada 1.5%, jauh di bawah dollar AS sebesar 4%.

AS Menunjukkan Signal Makro Ekonomi yang Bagus

Amerika Serikat memberikan tanda – tanda makro ekonomi yang lebih baik. Producer Price Index (PPI) bulan Oktober naik 8% YoY, turun dari sebelumnya 8.4%. Angka inti berada pada 6.7%, turun dari 7.1%. Retail Sales naik 1.3% MoM pada bulan September, mengatasi dari yang diperkirakan.

Meskipun demikian, kenaikan dollar AS agak terbatas. Hal ini disebabkan karena keyakinan bahwa the Fed akan segera memperlambat kecepatan pengetatan quantitative-nya. Meskipun isu ini dibantah oleh para pejabat the Fed.

Faktor lain yang membebani assets dengan yields yang tinggi seperti matauang Euro datang dari Federal Reserve. Beberapa komentar dari para pejabat the Fed pada minggu lalu yang harus digali termasuk komentar dari wakil ketua the Fed Lael Brainard bahwa “walaupun the Fed telah melakukan banyak hal, the Fed masih mempunyai pekerjaan tambahan untuk dilakukan”. Gubernur the Fed Christopher Waller juga mencatat bahwa “satu laporan tidak bisa menjadi tren.” Dan Presiden the Fed St. Louis James Bullard memberikan peringatan bahwa the Fed akan masih harus menaikkan tingkat suku bunga kunci paling sedikit 5.25%. Meskipun demikian the Fed dikenal sebagai yang cepat berubah nadanya.

Minggu ini, S&P Global akan mempublikasikan perkiraan pendahuluan dari PMI bulan November baik untuk Uni Eropa maupun untuk Amerika Serikat. Amerika Serikat juga akan mempublikasikan Durable Goods Orders bulan Oktober dan mengeluarkan risalah pertemuan FOMC the Fed bulan Oktober. Finalnya pada hari Jumat, Jerman akan mempublikasikan. perkiraan kedua dari Gross Domestic Product (GDP).

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di 1.0305 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0260  dan kemudian 1.0220. “Resistance” terdekat menunggu di 1.0360 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0400 dan kemudian 1.0445 - PT RIFAN

Sumber : vibiznews.com

Kamis, 17 November 2022

Rifan Financindo - Mata Uang Asia Turun Dolar Stabil, Serangan Polandia Perburuk Sentimen

RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Mata uang Asia sebagian besar turun pada hari Rabu. Potensi serangan rudal Rusia ke Polandia mendorong investor menjauh dari aset-aset yang didorong risiko, sementara dolar stabil pasca mengalami pelemahan baru-baru ini saat investor mencari tempat berlindung yang aman di greenback.

Indeks dolar dan indeks dolar berjangka keduanya stabil di sekitar 106,58, pulih dari kerugian ringan di sesi sebelumnya, sedangkan emas juga mengalami peningkatan permintaan.

Penguatan hari Rabu membuat dolar AS menepis data yang menunjukkan inflasi produsen AS ada di titik terendah 14 bulan. Data tersebut memberikan kepercayaan lanjutan terkait ekspektasi bahwa inflasi kemungkinan telah mencapai puncaknya di negara tersebut, yang diharapkan dapat menimbulkan sikap yang kurang hawkish oleh Federal Reserve.

Beberapa anggota Fed juga menyerukan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, sementara ekspektasi bahwa Fed akan memberlakukan kenaikan yang lebih kecil, 50 basis poin pada bulan Desember tumbuh pesat minggu ini.

Kendati skenario ini positif untuk mata uang Asia dalam waktu dekat, sentimen tetap tertekan pada hari Rabu karena serangan sebuah rudal buatan Rusia menewaskan dua orang di Polandia timur.

Langkah tersebut, jika dikaitkan dengan Rusia, akan menandai pertama kalinya Moskow telah menyerang anggota Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sejak invasi Rusia ke Ukraina, dan ini dapat memicu potensi eskalasi dalam konflik perang.

Aset-aset berisiko mengalami penurunan tajam pada hari Rabu untuk mengantisipasi rincian lanjutan mengenai serangan tersebut.

Won Korea Selatan dan Yen Jepang termasuk di antara mata uang Asia berkinerja terburuk pada hari Rabu, masing-masing jatuh 1,1% dan 0,7% terhadap dolar, sementara yuan China merosot 0,6%.

Lebih banyak tanda-tanda tekanan ekonomi di China juga semakin memburuk sentimen terhadap pasar Asia, dengan data yang menunjukkan harga rumah China jatuh ke titik terendah tujuh tahun pada bulan Oktober.

Ini menyusul rilis data kurang optimis dari produksi industri dan penjualan ritel awal pekan ini, yang mengindikasikan bahwa perpecahan yang disebabkan COVID di negara ekonomi terbesar di Asia semakin dalam.

Negara ini juga berjuang menghadapi penyebaran wabah COVID terburuk dalam enam bulan, yang telah menimbulkan lebih banyak ketidakpastian atas prospek ekonominya.

Kenaikan harga minyak semalam menekan rupee India turun 0,6%, sementara rupiah Indonesia memimpin kerugian di seluruh Asia Tenggara dengan turun sebesar 0,5%.

Pelemahan dolar Australia agak diredam oleh data yang menunjukkan upah lokal tumbuh lebih dari perkiraan pada kuartal hingga September.

Data tersebut memberi Reserve Bank lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga - RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Selasa, 15 November 2022

PT Rifan Financindo - Emas Turun Dari High 2 Bulan Imbas Aksi Profit Taking & Retorika Hawkish Fed

PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas turun dari level tertinggi 2,5 bulan pada hari Senin saat komentar dari beberapa anggota Federal Reserve menyiratkan bahwa bank akan terus bertindak keras terhadap inflasi, sementara harga tembaga turun sedikit karena investor mengunci profit dari kenaikan pesatnya minggu lalu.

Harga emas mencatat minggu terbaik dalam 30 bulan setelah inflasi AS tercatat turun dari estimasi untuk bulan Oktober, meningkatkan harapan bahwa The Fed akan melunakkan sikap hawkishnya dalam beberapa bulan mendatang dan mengurangi tekanan pada pasar logam dari kenaikan suku bunga.

Ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin yang lebih kecil pada bulan Desember tumbuh substansial setelah hasil data tersebut, dengan pasar memperkirakan peluang hampir 81% dari kenaikan yang lebih kecil.

Tetapi Gubernur Fed Christopher Waller menyatakan pada hari Minggu bahwa meski bank sentral sedang mempertimbangkan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat, itu tidak boleh dilihat sebagai lunaknya tindakan dalam pertempuran melawan inflasi.

Kendati angka inflasi bulan Oktober lebih rendah dari yang diharapkan, itu masih jauh di atas target tahunan 2% Fed. Hal ini kemungkinan akan membuat bank terus menaikkan suku bunga, sampai terlihat tanda-tanda yang jelas bahwa inflasi menurun. Kenaikan suku bunga diperkirakan akan membebani pasar logam dalam waktu dekat.

Harga emas spot turun 0,4% di $1.764,24/oz, sementara emas berjangka turun dalam jumlah yang sama di $1.766,95/oz. Kedua instrumen tersebut melonjak lebih dari $90 dalam sepekan terakhir, sementara dolar melemah.

Tetapi logam kuning masih turun terhadap dolar tahun ini, di mana harga turun secara substansial dari level puncak tahunannya lebih dari $2.000. Logam ini kehilangan status safe haven-nya, dan juga sebagian besar gagal sebagai lindung nilai inflasi tahun ini akibat kenaikan suku bunga mendorong naiknya biaya memiliki aset yang tidak menghasilkan yield.

Di antara logam industri, harga tembaga juga turun dari level tertinggi hampir lima bulan, saat investor mengumpulkan keuntungan dari reli besar minggu lalu.

Tembaga berjangka turun 0,1% di $3,9322/oz setelah reli lebih 12% dalam dua minggu terakhir. Sentimen terhadap logam merah sangat didorong oleh China, negara importir terbesar di dunia, mengurangi beberapa langkah anti-COVID untuk pertama kalinya.

Pasar kini berharap ada potensi pembukaan kembali di China pada tahun 2023, yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan tembaga. Pasokan logam merah juga diperkirakan akan mengetat dalam beberapa bulan mendatang karena gangguan di negara produsen utama Chili dan Peru - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Kamis, 10 November 2022

Rifan Financindo - EUR/USD Bertengger Di Sekitar Paritas Karena Naiknya USD

RIFAN FINANCINDO BANDUNG - EUR/USD dengan perlahan namun pasti menyerah kalah pada hari Rabu, berakhir di posisi merah di sekitar paritas dengan berbalik menguatnya dollar AS.

Meningkatnya kekuatiran akan bertambahnya resesi AS telah mendatangkan arus safe – haven terhadap dollar AS. Kekuatiran akan bertambahnya resesi AS ini direfleksikan dalam naiknya indeks dollar AS setelah sempat turun ke kerendahan selama tujuh minggu di 109.35.

EUR/USD diperdagangkan turun ke  sekitar 1.0010 dalam perdagangan hari Rabu, meskipun masih bisa mempertahankan sebagian besar keuntungan mingguannya. Dolar AS berhasil pulih kembali meskipun masih belum kuat.

Pemilihan “mid-term” AS telah selesai meskipun hasil penghitungan final masih berlangsung. Demokrat menambah satu kursi di Senat, sementara kehilangan enam kursi di House dengan selisih kursi sebanyak 175 berbanding 202.

Pemilihan “mid-term” AS membuktikan para penghitung polling salah dengan tidak adanya kemenangan yang merupakan “gelombang Republikan”. Kelihatannya Republikan akan memiliki sedikit mayoritas di House of Representatives, namun Demokrat masih akan mengkontrol Senate. Secara histori, kondisi seperti ini mendukung kenaikan pasar saham.

Support & Resistance

Support terdekat menunggu di 0.9970 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 0.9920  dan kemudian 0.9880. “Resistance” terdekat menunggu di 1.0050 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0095 dan kemudian 1.0140 - RIFAN FINANCINDO

Sumber :vibiznews.com

Rabu, 09 November 2022

PT Rifan Financindo Berjangka - Harga Emas & Tembaga Tergelincir, Kegelisahan China Dorong Dolar

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas dan tembaga turun pada hari ini, membalikkan beberapa kenaikan tajam dari sesi sebelumnya karena komitmen ulang China terhadap kebijakan nol-COVID meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi dan mendorong dolar.

Spot gold melemah 0,4% ke $1,674,12 per ounce, sementara emas berjangka turun 0,5% ke $1,677,30 per ounce di awal perdagangan Asia. Harga logam kuning rally tajam pada hari Jumat setelah data nonfarm payrolls AS terbaca lebih kuat dari yang diharapkan untuk bulan Oktober, sementara dolar jatuh.

Tetapi greenback menahan penurunan baru-baru ini pada hari senin, dengan indeks dolar meningkat 0,2%. Pejabat kesehatan China mengatakan selama akhir pekan bahwa negara itu tetap “tidak tergoyahkan” berkomitmen pada kebijakan nol-COVID yang ketat, menghancurkan harapan poros yang memicu reli pasar saham pekan lalu.

Langkah ini menandai lebih banyak rantai pasokan dan gangguan ekonomi yang berasal dari negara itu, yang prospeknya mendorong dolar. Greenback sebagian besar telah mengambil alih emas sebagai tempat yang aman, karena kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang untuk menahan logam kuning.

Emas juga diperkirakan akan tetap berada di bawah tekanan dalam beberapa bulan mendatang, mengingat Federal Reserve mengisyaratkan akan terus menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi. Pembacaan pekerjaan yang kuat minggu lalu memberi bank sentral lebih banyak ruang kepala untuk menaikkan suku bunga.

Fokus minggu ini adalah pada data inflasi AS untuk bulan Oktober, yang diperkirakan akan menunjukkan bahwa tekanan harga tetap berada di dekat level tertinggi 40 tahun. Pembacaan seperti itu kemungkinan akan mengundang lebih banyak gerakan hawkish dari The Fed.

Harga tembaga turun tajam pada hari Senin di tengah prospek melemahnya permintaan di China, yang merupakan importir logam industri terbesar di dunia. Tembaga berjangka anjlok 2% ke $3,6235 per ounce, juga membalikkan reli tajam yang terlihat pada hari Jumat.

Kebijakan nol-COVID China menghentikan aktivitas ekonomi di negara itu tahun ini, membebani selera untuk impor komoditas. Dengan negara yang sekarang menegaskan kembali komitmennya terhadap kebijakan tersebut, pasar komoditas kemungkinan akan melihat kelanjutan dari tren pelemahan ini.

Namun, harga tembaga diperkirakan akan sedikit diuntungkan dari pengetatan pasokan dalam beberapa bulan mendatang, terutama karena produksi melambat di Chili, produsen tembaga terbesar dunia.

Sanksi AS terhadap eksportir Rusia dan peningkatan permintaan di industri kendaraan listrik juga diperkirakan akan memperketat pasokan - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : investing.com

Kamis, 03 November 2022

Rifan Financindo - The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Bps Sinyalkan Kenaikan Agresif Lebih Lanjut

RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Federal Reserve AS pada hari Kamis dinihari tadi menyetujui kenaikan suku bunga 75 basis poin berturut-turut keempat dan mengisyaratkan perubahan potensial dalam bagaimana pendekatan kebijakan moneter untuk menurunkan inflasi.

Dalam sebuah langkah yang diperkirakan pasar selama berminggu-minggu, bank sentral menaikkan suku bunga pinjaman jangka pendek sebesar 0,75 poin persentase ke kisaran target 3,75% -4%, level tertinggi sejak Januari 2008.

Langkah ini melanjutkan langkah pengetatan kebijakan moneter paling agresif sejak awal 1980-an, terakhir kali inflasi mencapai setinggi ini.

Seiring dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga, pasar juga telah mencari bahasa yang menunjukkan bahwa ini bisa menjadi pergerakan 0,75 poin terakhir, atau 75 basis poin.

Pernyataan baru mengisyaratkan perubahan kebijakan itu, mengatakan ketika menentukan kenaikan di masa depan, The Fed “akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan di mana kebijakan moneter mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, dan perkembangan ekonomi dan keuangan.”

Para ekonom berharap ini adalah yang banyak dibicarakan tentang “penurunan” dalam kebijakan yang dapat melihat kenaikan suku bunga setengah poin pada pertemuan Desember dan kemudian beberapa kenaikan kecil pada tahun 2023.

Pernyataan minggu ini juga diperluas pada bahasa sebelumnya hanya menyatakan bahwa “peningkatan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai.”

Bahasa baru berbunyi, “Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan tepat untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup membatasi untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen dari waktu ke waktu.”

Saham awalnya naik setelah pengumuman tersebut, tetapi berubah negatif selama konferensi pers Ketua Jerome Powell ketika pasar mencoba untuk mengukur apakah Fed berpikir dapat menerapkan kebijakan yang tidak terlalu ketat yang akan mencakup laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat untuk mencapai tujuan inflasi.

Pada keseimbangan, Powell menolak gagasan bahwa Fed mungkin akan segera berhenti meskipun dia mengatakan dia mengharapkan diskusi pada satu atau dua pertemuan berikutnya tentang memperlambat laju pengetatan.

Dia juga menegaskan bahwa mungkin diperlukan tekad dan kesabaran untuk menurunkan inflasi.

“Kami masih memiliki beberapa cara untuk pergi dan data yang masuk sejak pertemuan terakhir kami menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tertinggi akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya,” katanya.

Namun, Powell mengulangi gagasan bahwa mungkin akan tiba saatnya untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga. Dia mengatakan ini pada konferensi pers baru-baru ini

“Jadi waktu itu akan datang, dan mungkin akan datang segera setelah pertemuan berikutnya atau setelah itu. Belum ada keputusan yang diambil,” katanya.

“Kebijakan perlu lebih ketat, dan itu mempersempit jalan menuju soft landing,” kata Powell.

Seiring dengan perubahan dalam pernyataan itu, Komite Pasar Terbuka Federal kembali mengkategorikan pertumbuhan dalam pengeluaran dan produksi sebagai “sederhana” dan mencatat bahwa “peningkatan pekerjaan telah kuat dalam beberapa bulan terakhir” sementara inflasi “meningkat.” Pernyataan itu juga menegaskan kembali bahwa komite “sangat memperhatikan risiko inflasi.”

Kenaikan suku bunga terjadi karena pembacaan inflasi baru-baru ini menunjukkan harga tetap mendekati level tertinggi 40 tahun. Pasar pekerjaan yang secara historis ketat di mana ada hampir dua lowongan untuk setiap pekerja yang menganggur mendorong kenaikan upah, sebuah tren yang ingin dihindari The Fed karena memperketat pasokan uang.

Kekhawatiran meningkat bahwa The Fed, dalam upayanya untuk menurunkan biaya hidup, juga akan menarik ekonomi ke dalam resesi. Powell mengatakan dia masih melihat jalan menuju “pendaratan lunak” di mana tidak ada kontraksi yang parah, tetapi ekonomi AS tahun ini hampir tidak menunjukkan pertumbuhan bahkan ketika dampak penuh dari kenaikan suku bunga belum dimulai.

Pada saat yang sama, ukuran inflasi pilihan Fed menunjukkan biaya hidup naik 6,2% pada September dari tahun lalu – 5,1% bahkan tidak termasuk biaya makanan dan energi. PDB menurun pada kuartal pertama dan kedua, memenuhi definisi umum resesi, meskipun rebound menjadi 2,6% pada kuartal ketiga sebagian besar karena kenaikan ekspor yang tidak biasa. Pada saat yang sama, permintaan perumahan telah jatuh karena suku bunga hipotek 30 tahun telah melonjak melewati 7% dalam beberapa hari terakhir.

Ada sedikit jika ada harapan bahwa kenaikan suku bunga akan berhenti dalam waktu dekat, jadi antisipasinya hanya untuk kecepatan yang lebih lambat. Pedagang berjangka memperkirakan peluang koin-flip dari kenaikan setengah poin pada bulan Desember, terhadap pergerakan tiga perempat poin lainnya.

Harga pasar saat ini juga menunjukkan tingkat dana fed fund akan mencapai puncak mendekati 5% sebelum kenaikan suku bunga berhenti.

Tingkat dana fed menetapkan tingkat yang dibebankan bank satu sama lain untuk pinjaman semalam, tetapi meluas ke beberapa instrumen utang konsumen lainnya seperti hipotek yang dapat disesuaikan, pinjaman mobil, dan kartu kredit - RIFAN FINANCINDO

Sumber : vibiznews.com

Selasa, 01 November 2022

PT Rifan Financindo - Dolar Naik, Fed Kemungkinan Akan Melakukan Kenaikan Besar Lainnya

 

PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Dolar menguat secara menyeluruh pada hari Senin, mendapatkan kembali beberapa kilau yang hilang di awal bulan, didukung oleh ekspektasi kenaikan suku bunga super besar lainnya pada pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve minggu ini.

Yang mengatakan, kenaikan dolar dapat dibatasi jika Fed memberi sinyal pada hari Rabu bahwa laju kenaikan suku bunga akan melambat karena menilai dampak sejauh ini dari pengetatan kebijakannya.

Sterling, di sisi lain, defensif terhadap dolar dan euro, meskipun pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi oleh Bank of England akhir pekan ini juga.

The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 75 basis poin (bps) ke kisaran 3,75% hingga 4,00%, kenaikan keempat berturut-turut.

Tetapi untuk pertemuan bulan Desember, dana berjangka fed fund pada hari Senin telah memperhitungkan peluang 55% dari kenaikan suku bunga 50 bps, turun dari sekitar 67% pada hari Jumat lalu.

Dalam perdagangan sore, dolar naik 0,8% terhadap yen yang kesulitan menjadi 148,62 yen. Untuk bulan Oktober, dolar naik 2,7%, di jalur untuk membukukan kenaikan bulanan ketiga versus mata uang Jepang.

“Saya pikir dolar secara umum sedang berkonsolidasi. Banyak berita telah dimasukkan ke dalam dolar,” kata Amo Sahota, direktur eksekutif di perusahaan konsultan FX Klarity FX di San Francisco.

“Jika dolar membuat keuntungan baru, saya pikir itu akan relatif marjinal. Umumnya, dolar berada di suatu tempat di tikungan – mencoba untuk membangun yang tinggi, tetapi umumnya tidak melakukannya. Pikirkan ada kelelahan dalam perdagangan itu.”

Pada hari Senin, kementerian keuangan Jepang mengatakan menghabiskan rekor $42,8 miliar pada intervensi mata uang bulan ini untuk menopang yen. Penurunan tajam yen ke level terendah 32 tahun di 151,94 terhadap dolar pada 21 Oktober kemungkinan memicu intervensi, diikuti oleh intervensi lain pada 24 Oktober.

Dolar juga naik terhadap franc Swiss, naik 0,6% menjadi 1,0014 franc.

Greenback, bagaimanapun, berada pada kecepatan untuk penurunan bulanan 0,5% pada Oktober, berdasarkan indeks dolar . Itu akan menjadi penurunan pertama sejak Mei dan hanya yang kedua tahun ini.

Sterling turun 1,2% terhadap dolar menjadi $ 1,1476. BoE kemungkinan akan memberikan kenaikan 75 basis poin pada pertemuan Kamis, meskipun analis mengatakan ekspektasi suku bunga jangka panjang berada di bawah tekanan berkelanjutan.

Pounds juga jatuh terhadap euro, yang naik 0,5% menjadi 86,16 pence.

Deputi Gubernur BoE Ben Broadbent baru-baru ini menyarankan bahwa biaya pinjaman yang dihargai oleh investor akan memukul ekonomi Inggris, mencatat bahwa dia ragu Inggris dapat merekayasa “pendaratan lunak” – istilah AS untuk membawa inflasi kembali ke target tanpa secara signifikan merusak ekonomi riil.

Euro turun 0,8% terhadap dolar menjadi $0,9887. Euro hampir tidak bereaksi setelah data yang dirilis pada hari Senin yang menunjukkan inflasi zona euro datang lebih panas dari yang diharapkan pada 10,7%, rekor tertinggi baru - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber : inforexnews.com