PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas naik sedikit pada perdagangan hari Jumat, karena
meningkatnya permintaan safe – haven ditengah naiknya keengganan
terhadap resiko sepanjang minggu ini. Namun, naiknya harga emas ditelan
oleh menguatnya indeks dolar AS dan jatuhnya harga minyak mentah
sehingga emas tidak bisa menembus $1,800 dan diperdagangkan di $1,780.
Kegagalan emas untuk naik menembus level $1,800 per ons membuka peluang resiko terjadinya aksi jual yang signifikan berikutnya.
Meskipun emas dengan cepat bisa stabil kembali di atas $1,700 per
ons, setelah kejatuhan yang cepat pada minggu lalu, kelihatannya belum
ada minat beli yang cukup kuat terhadap emas yang bisa membuat harga
emas berada pada tren naik yang berkelanjutan. Malah sebaliknya emas
cenderung turun pada minggu ini. Pergerakan turun berikutnya bisa
mencapai $1,670.
Event utama pada minggu ini adalah symposium Jackson Hole selama dua
hari, dimana kepala the Fed Jerome Powell diskedulkan akan berbicara
pada hari Jumat, 27 Agustus.
Diskusi besarannya adalah “kebijakan makro ekonomi di dalam
perekonomian yang bermasalah”, namun fokus pasar adalah diskusi sekitar
“tapering” dari program pembelian asset QE dari the Fed.
Setelah melihat bahwa the Fed paling tidak telah berbicara mengenai
“tapering” di dalam risalah pertemuan kebijakan ekonomi mereka, sedikit
pembicaraan saja mengenai “tapering” di Jackson Hole akan bisa memicu
aksi jual yang signifikan atas emas pada minggu ini. Problem yang sama
kemungkinan juga terjadi atas pasar saham.
Ke depannya, the Fed kemungkinan tidak menginginkan mengetatkan
kebijakan moneternya terlalu cepat, khususnya dengan naiknya resiko
terkena varian Delta.
Varian Delta terus bertambah buruk. Australia dilockdown lagi. Namun
jika data makro ekonomi tetap menunjukkan angka-angka pekerjaan yang
kuat, the Fed akan harus menghentikan akomodasinya dan bisa membuat
dollar AS naik lebih tinggi dan otomatis menyeret harga emas turun.
Dari sudut ekonomi, tidak ada seorangpun yang puas dengan data
ekonomi AS yang keluar belakangan ini, sejak Donald Trump tidak lagi di
Gedung putih. Data Penjualan Ritel yang merupakan indikator petunjuk ke
depan, muncul di bawah dari yang diperkirakan. Selain itu stimulus
fiskal yang baru tidak akan bisa turun dengan cepat segera.
Level $1,800 per ons tetap menjadi resistance yang kuat.
Sampai metal berharga bisa mulai ditutup di atas level $1,800, emas
tidak mungkin mendapatkan banyak daya tarik. Diperlukan harga emas
bergerak di atas $1,800 untuk membalikkan arah harga emas. Jika tidak
berhasil maka harga emas bisa jatuh ke $1,670. Emas bisa menembus level
$1,800 apabila data makro ekonomi pada minggu ini buruk semua.
Dari semua data ekonomi yang akan keluar pada minggu ini, yang paling
perlu diperhatikan adalah angka GDP AS kuartal kedua dan indeks harga
PCE, yang akan keluar bersamaan dengan data personal income dan indikator belanja.
PCE perlu diperhatikan karena merupakan alat ukur inflasi yang
favorite bagi the Fed. Jika angka PCE lebih kuat daripada yang
diperkirakan, hal ini adalah berita buruk bagie mas karena hal ini akan
bisa memaksa the Fed untuk menerapkan pengetatan lebih cepat daripada
yang diperkirakan.
AS akan mengeluarkan PMI pendahuluan dari Markit untuk bulan Agustus
yang bisa menunjukkan penurunan di dalam sentimen bisnis menyusul
penurunan di dalam “consumer confidence”.
Statistik Durable Goods Orders untuk bulan Juli akan memberikan
pandangan pertama mengenai investasi di kuartal ketiga dengan angka yang
bervariasi yang diperkirakan.
Para ekonom memperkirakan angka GDP yang diupdate untuk kuartal kedua juga diupgrade dari angka awal di 6.5% setahun.
Ukuran inflasi dari the Fed – Core PCE – diperkirakan menunjukkan bahwa kenaikan harga masih tetap di atas 3% sekali lagi.
Support terdekat menunggu di $1,760 yang apabila berhasil dilewati
akan lanjut ke $1,700 dan kemudian $1,670. “Resistance” terdekat
menunggu di $1,795 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,800
dan kemudian $1,805 - PT RIFAN FINANCINDO
Sumber : vibiznews.com