Selasa, 10 Mei 2022

PT Rifan Financindo - Emas Mingguan 9 – 13 Mei 2022 Masih Berpeluang Naik Ke Atas $1900?

PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Volatilitas yang ekstrim terjadi di pasar sebagai reaksi atas pergerakan kebijakan moneter yang terbaru dari Federal Reserve dimana banyak assets yang “risk-on” mengalami spiral turun, namun mengapa emas yang adalah assets safe-haven sekali lagi menjadi karung latihan tinju (punching bag)?

Emas gagal bertahan di atas level $1900 per ons pada minggu lalu dengan pasar bereaksi sangat kacau terhadap kenaikan tingkat bunga dari the Fed sebesar 50 bps pada hari Rabu minggu lalu sementara meniadakan kemungkinan kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps pada pertemuan bulan Juni yang akan datang.

Setelah turun dari $1,935 ke bawah $1,900 dan menyentuh $1,882, harga emas berhasil bangkit dan memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $1908. Namun, pada hari pertama di minggu perdagangan yang baru minggu lalu, harga emas segera turun tajam menyentuh kerendahan selama 2 ½ bulan di $1,862.

Tekanan bearish yang kuat terus menekan harga emas sampai pada hari Kamis, dimana harga emas berhasil bangkit dan diperdagangkan di atas $1,900 karena dalam pertemuan FOMC Federal Reserve hari Rabu ternyata bank sentral AS ini tidak se-hawkish seperti yang ditakuti oleh para investor dan trader. Namun dalam jam perdagangan selanjutnya harga emas kembali terkoreksi turun ke $1,880 karena menguatnya dollar AS dan pada hari Jumat melanjutkan penurunan ke $1,876, sebelum akhirnya pada akhir perdagangan berhasil naik kembali ke $1,883 karena berkurangnya penguatan dolar AS.

Harga emas turun tajam pada awal perdagangan sesi AS hari Senin, menyentuh kerendahan selama 2 ½ bulan. Emas terpukul pada awal minggu lalu oleh kekuatan bearish diluar pasar emas yaitu kuatnya dollar AS dan turunnya harga minyak mentah serta naiknya yields treasury AS. Indeks dollar AS naik menyentuh ketinggian selama 20 tahun, Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $34.70 ke $1,862.00 per troy ons pada hari Senin minggu lalu.

Namun melemahnya dollar AS pada hari Selasa membuat harga emas berhasil naik kembali. Keengganan terhadap resiko yang masih tinggi di pasar saat itu berhasil membantu menaikkan harga emas yang safe – haven. Emas berjangka kontrak bulan Juni naik $14.20 ke $1,876.20 per troy ons.

Harga emas diperdagangkan turun sedikit pada hari Rabu. Pasar emas mencoba bertahan di level support yang kritikal sementara tekanan jual masih terus berlangsung dan tidak ada minat beli yang muncul dari data employment sektor swasta yang mengecewakan yang dikeluarkan oleh ADP.

ADP mengatakan bahwa hanya 247.000 pekerjaan yang diciptakan pada bulan April. Angka ini meleset dari yang diperkirakan dimana konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan pekerjaan sebanyak 382.000. Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $9.70 ke $1,867.80 per troy ons.

Harga emas sempat mengalami kenaikan yang signifikan dan diperdagangkan di atas $1,900 pada awal perdagangan sesi AS hari Kamis karena dalam pertemuan FOMC Federal Reserve hari Rabu kemarin malam ternyata bank sentral AS ini tidak se hawkish seperti yang ditakuti oleh para investor dan trader. Namun dalam jam perdagangan selanjutnya terkoreksi turun kembali karena menguatnya dollar AS. Emas berjangka kontrak bulan Juni naik $4.60 ke $1,880.70 per troy ons.

Pada hari Jumat, harga emas sempat naik ke $1,889.40 setelah munculnya laporan pekerjaan, Non-Farm Payrolls, AS yang bagus, sebelum akhirnya turun kembali ke $1,876.00. Namun pada akhir perdagangan sesi AS, harga emas berhasil naik sedikit ke $1,883 per ons karena berkurangnya penguatan dollar AS dengan keluarnya laporan pekerjaan AS, Non-Farm Payrolls yang bagus.

Laporan pekerjaan AS bulan April menunjukkan bahwa angka pekerjaan Non-Farm naik sebesar 428.000. Angka ini lebih tinggi daripada yang diperkirakan kenaikan sebesar 400.000 dan hampir sama dengan kenaikan bulan Maret sebesar 431.000. Sementara tingkat pengangguran bulan April tidak berubah di 3.6%.

Minggu ini, pasar masih bingung dan mempelajari pengumuman mengenai kebijakan moneter the Fed, termasuk menaikkan tingkat suku bunga sebesar 0.5%, yang paling dinantikan pada minggu lalu.

Setelah pengumuman yang dikeluarkan oleh the Fed, pasar segera bereaksi dengan Nasdaq membalikkan semua keuntungannya yang tiba-tiba diperolehnya dan merosot 5% pada hari Kamis dalam satu aksi jual yang paling buruk yang terjadi sejak Juni 2020.

Pasar bertanya-tanya apakah the Fed telah membuat suatu kesalahan yang membuat resesi menjadi tidak terhindarkan di AS.

Wall Street sekarang percaya bahwa the Fed sedang dalam jalur akan menaikkan kembali tingkat bunga sebesar 0.5% dalam beberapa pertemuan berikutnya dan kemudian di dalam symposium di Jakcson Hole mereka akan harus memutuskan apakah akan tetap terus di jalur yang sama atau merubah arah. Banyak trader berpikir bahwa the Fed harus membuat semua pilihan ada di dalam perencanaan mereka untuk memerangi inflasi secara agresif. Namun the Fed memberikan signal bahwa mereka percaya inflasi sedang menuju puncaknya. Ada ketakutan di pasar bahwa the Fed telah membuat kesalahan dan akan bisa membuat ekonomi AS masuk ke jurang resesi dengan lebih cepat.

Setelah menyatakan bahwa mereka tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps, bank sentral AS telah mengunci diri mereka sendiri ke dalam pengetatan yang sedikit lebih bertahap. Sebagai responnya, pasar obligasi AS telah mengakhiri aksi jualnya dan mendorong naik dollar AS kembali ke ketinggian selama 20 tahun, yang merupakan kabar buruk bagi emas.

Reaksi pasar ini juga bisa menunjukkan bahwa the Fed sedang kehilangan kredibilitasnya, terutama setelah salah menilai inflasi yang dianggap rendah sebagai bersifat sementara pada tahun yang lalu. The Fed menghadapi problem kredibilitas dengan partisipan pasar. Ada keprihatinan bahwa the Fed telah membuat kesalahan dengan kebijakan moneternya dan bisa membuat terjadinya resesi oleh karena menaikkan tingkat suku bunganya.

Perlu diingat, bahwa ada hubungan terbalik antara tingkat bunga dengan pengangguran. Pengangguran di AS sangat rendah sekarang. Jika pasar memandang the Fed bersedia membiarkan pengangguran naik untuk menjinakkan inflasi, ini bukan hasil yang bagus. Ada ketakutan hal ini akan menyebabkan semakin panjangnya periode yang tidak menguntungkan bagi assets yang beresiko. Ada likuidasi yang massif dari asset yang berisiko dalam perdagangan setelah pengumuman kebijakan moneter the Fed pada minggu lalu, dengan para investor bergerak mencari uang tunai. Itulah sebabnya semua pasar jatuh bersama-sama pada minggu lalu.

Perlu dicatat bahwa harga emas sebenarnya masih cukup bagus jika dipertimbangkan seberapa tingginya kenaikan dollar AS. Jadi meskipun emas masih rentan turun, kekuatan bullish emas masih ada.

Koreksi turun harga emas pada minggu lalu memberikan emas banyak ruang untuk naik pada minggu ini. Ditambah lagi dengan tingginya dollar AS kemungkinan bisa sudah mendekati puncaknya. Hal ini adalah baik bagi emas karena membuat lingkungan makro ekonomi yang mendukung kenaikan harga emas. Meskipun demikian harga emas kemungkinan masih akan mengalami volatilitas intraday yang tinggi.

Emas memang kadang-kadang menjadi karung latihan tinju (punching bag). Sampai dollar AS berbalik turun, emas kelihatannya masih akan harus berjuang.

Jika terus ada keengganan terhadap resiko di pasar saham dan jika apresiasi dollar AS tidak sekuat seperti sekarang, harga emas akan mulai bisa stabil. Namun, kemungkinan masih akan ada resiko yang besar dari pergerakan berikutnya di pasar obligasi dan emas masih bisa rentan terhadap aksi jual yang besar yang terakhir sebelum berbalik naik dari “bottom”.

Resistance kunci pada minggu ii ada di antara $1,900 – $1920 sementara $1,850 menjadi target support kunci yang jika berhasil ditembus akan bisa membawa harga emas turun ke $1,800.

Pasar emas akan sangat tergantung kepada data ekonomi yang keluar pada minggu ini dan data ekonomi yang kritikal untuk diperhatikan adalah angka inflasi AS bulan April.

Resiko yang signifikan adalah semakin panjangnnya problem rantai supply dan perang di Ukraina yang terus berlangsung yang menyeret turun pertumbuhan ekonomi global. Selain itu Cina tidak mau bergeming dengan kebijakan zero Covid-nya. Ini adalah outlook yang sulit bagi inflasi yang kemungkinan tidak akan bisa turun secara signifikan.

Konsensus pasar memperkirakan inflasi tahunan AS di bulan April akan turun ke 8.1% setelah naik ke 8.5% di bulan Maret.

Harga inflasi konsumen yang terefleksi di dalam angka Consumer Price Index (CPI) adalah angka kunci untuk mengukur inflasi AS minggu ini dan diharapkan sudah melewati puncaknya. Turunnya harga minyak mentah akan sangat membantu.

Selain data CPI yang akan keluar pada hari Rabu, AS akan mempublikasikan data Jobless Claims dan Producer Price Index (PPI) pada hari Kamis dan Michigan consumer sentiment pada hari Jumat.

Support” terdekat menunggu di $1,865 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,849 dan kemudian $1,800.

Resistance” terdekat menunggu di $1,890 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,900 dan kemudian $1,920 - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber : vibiznews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar