Kamis, 17 November 2022

Rifan Financindo - Mata Uang Asia Turun Dolar Stabil, Serangan Polandia Perburuk Sentimen

RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Mata uang Asia sebagian besar turun pada hari Rabu. Potensi serangan rudal Rusia ke Polandia mendorong investor menjauh dari aset-aset yang didorong risiko, sementara dolar stabil pasca mengalami pelemahan baru-baru ini saat investor mencari tempat berlindung yang aman di greenback.

Indeks dolar dan indeks dolar berjangka keduanya stabil di sekitar 106,58, pulih dari kerugian ringan di sesi sebelumnya, sedangkan emas juga mengalami peningkatan permintaan.

Penguatan hari Rabu membuat dolar AS menepis data yang menunjukkan inflasi produsen AS ada di titik terendah 14 bulan. Data tersebut memberikan kepercayaan lanjutan terkait ekspektasi bahwa inflasi kemungkinan telah mencapai puncaknya di negara tersebut, yang diharapkan dapat menimbulkan sikap yang kurang hawkish oleh Federal Reserve.

Beberapa anggota Fed juga menyerukan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, sementara ekspektasi bahwa Fed akan memberlakukan kenaikan yang lebih kecil, 50 basis poin pada bulan Desember tumbuh pesat minggu ini.

Kendati skenario ini positif untuk mata uang Asia dalam waktu dekat, sentimen tetap tertekan pada hari Rabu karena serangan sebuah rudal buatan Rusia menewaskan dua orang di Polandia timur.

Langkah tersebut, jika dikaitkan dengan Rusia, akan menandai pertama kalinya Moskow telah menyerang anggota Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sejak invasi Rusia ke Ukraina, dan ini dapat memicu potensi eskalasi dalam konflik perang.

Aset-aset berisiko mengalami penurunan tajam pada hari Rabu untuk mengantisipasi rincian lanjutan mengenai serangan tersebut.

Won Korea Selatan dan Yen Jepang termasuk di antara mata uang Asia berkinerja terburuk pada hari Rabu, masing-masing jatuh 1,1% dan 0,7% terhadap dolar, sementara yuan China merosot 0,6%.

Lebih banyak tanda-tanda tekanan ekonomi di China juga semakin memburuk sentimen terhadap pasar Asia, dengan data yang menunjukkan harga rumah China jatuh ke titik terendah tujuh tahun pada bulan Oktober.

Ini menyusul rilis data kurang optimis dari produksi industri dan penjualan ritel awal pekan ini, yang mengindikasikan bahwa perpecahan yang disebabkan COVID di negara ekonomi terbesar di Asia semakin dalam.

Negara ini juga berjuang menghadapi penyebaran wabah COVID terburuk dalam enam bulan, yang telah menimbulkan lebih banyak ketidakpastian atas prospek ekonominya.

Kenaikan harga minyak semalam menekan rupee India turun 0,6%, sementara rupiah Indonesia memimpin kerugian di seluruh Asia Tenggara dengan turun sebesar 0,5%.

Pelemahan dolar Australia agak diredam oleh data yang menunjukkan upah lokal tumbuh lebih dari perkiraan pada kuartal hingga September.

Data tersebut memberi Reserve Bank lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga - RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar