RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga
minyak mentah kembali jatuh pada perdagangan hari ini karena
pemeliharaan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, yang merupakan
konsumen minyak terbesar dunia.
Tekanan bagi harga emas hitam semakin dalam karena pandemi virus corona
yang kebangkitan kembali di Eropa menyebabkan perjalanan baru di
kawasan tersebut.
Ketakutan tersebut membuat pelaku pasar memborong dolar AS yang menjadi aset safe haven . Dengan cara dolar AS yang lebih kuat maka harga minyak menjadi lebih mahal bagi pengguna mata uang asing lainnya.
Mengutip Reuters
, Kamis (24/9) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis
West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 turun 36
sen atau 0,9% menjadi US $ 39,57 per barel.
Setali tiga uang, harga mentah berjangka jenis Brent kontrak pengiriman
November 2020 melemah 28 sen atau 0,7% menjadi US $ 41,49 per barel.
Kedua benchmark naik sedikit pada sesi sebelumnya setelah data
pemerintah AS menunjukkan stok minyak mentah dan bahan bakar turun di
pekan lalu.
Persediaan bensin bahkan turun lebih dari yang diharapkan, setelah
berkurang 4 juta barel, dan stok distilat, termasuk solar dan bahan
bakar jet, mencatatkan penurunan sebesar 3,4 juta barel pada pekan yang
berakhir 18 September lalu.
Namun, permintaan bahan bakar di AS tetap tenang karena pandemi virus corona larangan. Rata-rata empat minggu permintaan bensin adalah 8,5 juta barel per hari (bph) di pekan lalu. Berdasarkan data pemerintah, jumlah tersebut turun 9% dari tahun sebelumnya.
Tekanan bagi minyak juga datang setelah data aktivitas bisnis di Negeri Paman Sam melambat pada bulan September.
Pejabat Federal Reserve yang memesan tentang pemulihan yang terhenti,
dan Inggris serta Jerman memberlakukan ketentuan untuk membendung
infeksi virus corona baru, membuat prospek permintaan bahan bakar kian
suram.
Karena permintaan permintaan dan komentar dari The Fed disaring, harga
turun, "kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar.
Di sisi penawaran, pasar tetap waspada terhadap dimulainya kembali
ekspor dari Libya, meskipun tidak jelas apa pun itu dapat meningkatkan
volume. National Oil Corp (NOC) Libya berupaya untuk meningkatkan produksi menjadi 260.000 barel per hari pada minggu depan.
"Itu jelas akan menjadi sesuatu yang tidak dibutuhkan pasar minyak saat ini," kata Dhar.
Riset ANZ memperlihatkan kasus virus corona di Eropa yang memangkas
permintaan perjalanan, dengan lalu lintas udara sekarang 60% di bawah
level 2019 menyusul penurunan tajam selama dua minggu terakhir, menurut
data Eurocontrol - RIFAN FINANCINDO
Sumber : kontan.co.id