Jumat, 17 Juli 2020

Rifan Financindo Berjangka - Suku Bunga Acuan Eropa Tetap, Harga Emas Berjangka Turun

https: img.okezone.com content 2020 07 17 320 2247733 suku-bunga-acuan-eropa-tetap-harga-emas-Berjangka-turun-HzAlLne9UP.jpg


RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas Berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun pada perdagangan kemarin. Harga emas turun karena Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga acuan, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus turun USD13,5 atau 0,74% menjadi ditutup pada USD1.800 per ons, dilansir dari Xinhua, Jumat.

ECB hari Kamis mengumumkan bahwa mereka akan membuka suku bunga simpanannya negatif 0,5% dan tingkat pembiayaan kembali pada 0%. Bank sentral juga mengatakan akan melanjutkan program pembelian aset dengan laju peningkatan 20 miliar euro.
 
Emas juga di bawah tekanan karena laporan yang dirilis oleh Federal Reserve Bank of Philadelphia menempatkan indeks manufaktur di 24,1 pada Juli, lebih baik dari yang diharapkan, dan laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS menambahkan penjualan ritel AS naik 7,5% di Juni

Sementara harga logam mulia lainnya, Perak untuk pengiriman September turun 18,8 sen atau 0,95% menjadi ditutup pada USD19.573 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun USD6,2 atau 0,74% menjadi ditutup pada USD837 per ounce - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : okezone.com

Kamis, 16 Juli 2020

Rifan Financindo - Aksi Buang Dolar China Bisa Bikin Ekspor Indonesia Melesat


RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Isu dedolarisasi atau "buang dolar" oleh raksasa ekonomi dunia, China, belakangan mulai menghangat lagi. Sebabnya, hubungan dengan Amerika Serikat (AS) yang kerap panas dingin. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) kini menjadi penyebab panasnya lagi hubungan kedua negara yang sempat mesra di awal tahun ini setelah menandatangani kesepakatan dagang fase I.

Dengan hubungan politik yang naik-turun tersebut, Pemerintah Tiongkok dikabarkan berusaha mengurangi ketergantungan dolar dan menaikkan pamor mata uang yuan, akibatnya, isu "buang dolar" kembali mencuat, dan China disebut berusaha menaikkan pamor yuan China sebagai mata uang internasional.

Internasionalisasi yuan berubah dari sesuatu yang diinginkan menjadi hal yang sangat diperlukan bagi Beijing. China perlu mencari pengganti dolar di tengah ketidakpastian politik," kata Ding Shuang, kepala ekonom Standard Chartered untuk wilayah China dan Asia Utara.

Pemerintah China hari ini melaporkan data produk domestic bruto (PDB) China periode April-Juni yang tumbuh 3,2% year-on-year (YoY. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 2,5% YoY.

Di saat yang sama, perekonomian China mulai bangkit dari keterpurukan. Sektor manufaktur China bahkan hanya sekali berkontraksi, di bulan Februari, setelahnya mencatat ekspansi dalam 4 bulan beruntun.

Pertumbuhan tersebut tentunya menandai kebangkitan ekonomi China, setelah berkontraksi alias minus 6,8% YoY di kuartal I-2020, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah, kebangkitan ekonomi China pasca pandemi Covid-19 tersebut memicu penguatan nilai tukar yuan atau yang disebut juga renminbi. 

Pada 27 Mei lalu, yuan menyentuh level 7,1681/US$ yang merupakan level terlemah sejak September 2019 kala menyentuh level 7,1786/US$, untuk diketahui, level di bulan September tahun lalu tersebut merupakan yang terlemah sejak Februari 2008, artinya depresiasi yuan di tahun ini hingga mendekati level terlemah dalam 12 tahun terakhir.

Tetapi setelah mencapai level tersebut, yuan perlahan terus menguat melawan dolar AS. Hingga penutupan perdagangan Rabu kemarin, renminbi sudah menguat 2,53% berada di level 6,9885/US$, Nilai tukar yuan diprediksi masih akan terus menguat. Bank investasi ternama, Goldman Sachs, memprediksi kurs yuan China akan menguat tajam dalam 12 bulan ke depan. Prediksi tersebut diberikan melihat perekonomian Negeri Tiongkok yang mulai bangkit.

Zach Pandl, analis mata uang emerging market dari Goldman Sachs, memberikan proyeksi dalam 12 bulan ke depan, kurs yuan akan menyentuh level 6,7/US$, jika melihat ramalan Pandl, dibandingkan posisi penutupan kemarin maka dalam periode 1 tahun yuan akan menguat 4,13% - RIFAN FINANCINDO

Sumber : cnbcindonesia.com


Rabu, 15 Juli 2020

PT Rifan Financindo Berjangka - Harga Emas Masih Di Atas Level US $ 1.800, Virus Corona Masih Penopangnya


PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas menguat di atas level psikologis US$ 1.800 pada hari Selasa . Meraih dukungan dari kekhawatiran kasus virus corona secara global karena banyak wilayah yang memperkenalkan kembali pembatasan untuk memutus penyebaran.

Harga emas spot naik 0,4% menjadi US$ 1.809,83 per ons troi. Harga emas berjangka AS berakhir tidak berubah pada US$ 1.813,40.

Ada antisipasi penutupan yang lebih luas yang menarik orang kembali ke emas untuk melakukan lindung nilai terhadap ketidakpastian," kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments, akan ada kemungkinan besar bahwa kita akan melihat Federal Reserve AS tidak hanya melanjutkan program stimulus ekonomi, tetapi dalam beberapa kasus mempercepatnya sehingga membantu harga emas secara signifikan.

Kekhawatiran akan adanya gelombang kedua pandemi virus corona memaksa sejumlah wilayah di Asia untuk kembali menghentikan pembukaan aktivitas ekonomi. Sementara itu, di California mengambil langkah pembatasan baru aktivitas bisnis karena lonjakan kasus corona. 

Harga emas telah meningkat lebih dari 19% sepanjang tahun ini, terutama diuntungkan oleh suku bunga yang lebih rendah dan langkah-langkah stimulus dari bank sentral. Emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Investor terus memantau keretakan AS-China perihal wilayah Laut China Selatan. Beijing baru ini mengumumkan akan menjatuhkan sanksi terhadap Lockheed Martin karena keterlibatan dalam penjualan senjata AS terbaru ke Taiwan yang diklaim Tiongkok - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : kontan

Selasa, 14 Juli 2020

PT Rifan Financindo - Resesi & Lockdown Bikin Rupiah & Mata Uang Asia 'Gugur'

 

PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/6/2020). Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia "gugur" pada hari ini akibat memburuknya sentimen pelaku pasar.

Rupiah mengawali perdagangan dengan stagnan di Rp 14.350/US$, setelahnya rupiah menguat tipis 0,04% ke Rp 14.345/US$ yang sekaligus menjadi level terkuat hari ini. Setelahnya, rupiah malah masuk ke zona merah, hingga akhirnya melemah 0,17% di Rp 14.375/US$ di penutupan perdagangan, berdasarkan data Refinitiv.

Semua mata uang utama Asia, tanpa kecuali melemah melawan dolar AS. Baht Thailand menjadi mata uang dengan kinerja terburuk pada hari ini. Hingga pukul 15:32 WIB, baht melemah 0,54%.

Pemerintah Singapura pagi tadi melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-on-quarter (QoQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY. 

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB minus dalam 2 kuartal beruntun. Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber : cnbcindonesia.com