Jumat, 06 Maret 2020

Rifan Financindo Berjangka - Kian Tak Berdaya, Rupiah Kini Terlemah di Asia


RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Bahkan rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia, hari ini US$ 1 dihargai Rp 14.260 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,71% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah tetapi 'hanya' 0,14%, Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam dan dolar AS berhasil menguat ke atas Rp 14.200, sebenarnya mata uang utama Asia lainnya juga bernasib sama, tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang, rupee India, dan peso Filipina yang masih bisa menguat.

Namun depresiasi 0,71% membuat rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Sayang sekali, kemungkinan besar tidak ada happy weekend buat mata uang Ibu Pertiwi, berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada hari ini.

Dari faktor eksternal, investor memang sedang mencemaskan perkembangan penyebaran virus corona yang semakin luas. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 98.041. Korban meninggal bertambah menjadi 3.349.

Tidak hanya di China yang merupakan lokasi awal penyebaran virus, dunia mencemaskan situasi di negara-negara lain. Di Korea Selatan, kasus corona sudah mencapai 6.088 dan yang tutup usia adalah 35 orang, sedangkan di Italia, jumlah kasus adalah 3.858 dengan korban jiwa sebanyak 148 orang. Lalu di Iran, jumlah kasus tercatat 3.513 dan korban meninggal adalah 107 orang

Virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Pabrik-pabrik berhenti produksi karena karyawan dipulangkan, pariwisata sepi karena pelancong tidak berani plesiran, ekspor-impor lesu karena aktivitas di pelabuhan berkurang. Dunia dihadapkan kepada risiko perlambatan ekonomi yang begitu tinggi.

Dalam situasi seperti ini, investor pun mencari aman dengan memburu aset-aset safe haven. Instrumen yang menjadi pilihan pasar adalah obligasi pemerintah AS, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 0,8371%. Ini adalah titik terendah sepanjang sejarah. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan

Minimnya arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Asia membuat mayoritas mata uang Asia melemah. Rupiah tidak terkecuali, sementara dari dalam negeri, investor menantikan rilis data cadangan devisa periode Februari. Konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkirakan cadangan devisa Februari sebesar US$ 131,2 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US% 131,7 miliar.

Penurunan cadangan devisa bisa memunculkan persepsi bahwa 'amunisi' Bank Indonesia (BI) untuk stabilisasi rupiah berkurang. Pandangan seperti ini akan membuat rupiah rentan terdepresiasi - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA


Sumber : cnbcindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar