RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Setelah cetak rekor harga tertinggi barunya di tahun ini sekaligus
dalam tujuh setengah tahun terakhir, harga emas ditutup melemah kemarin.
Namun prospek emas dalam jangka panjang masih tak berubah.
Harga emas di pasar spot menguat tipis cenderung
flat. Pada 08.35 WIB, harga emas dunia menguat 0,07% ke US$
1.762,64/troy ons. Kemarin harga logam mulia ini ditutup di US$
1.761,43/troy ons.
Harga emas yang sudah sangat tinggi membuat investor tergoda untuk
ambil untung. Apalagi di tengah peningkatan kasus infeksi baru virus
corona yang terjadi di berbagai negara, sampai dengan hari ini, kasus kumulatif penderita Covid-19 secara
global telah mencapai angka lebih dari 9,4 juta orang. Amerika Serikat
(AS) masih menjadi negara dengan kasus terbanyak.
Lonjakan kasus baru yang terjadi di Negeri Paman Sam membuat beberapa
gubernur New York, New Jersey dan Connecticut memberlakukan kebijakan
karantina 14 hari bagi para pengunjung dari sembilan negara bagian lain
ketika sampai.
Di Jerman laju reproduksi virus juga mengalami peningkatan menjadi
2,76. Itu artinya 1 orang pasien atau penderita Covid-19 bisa menularkan
ke hampir 3 orang lainnya. Peningkatan kasus di Jerman membuat
Pemerintah Negara Bagian North Rhine-Westphalia kembali memberlakukan lockdown di dua distrik agar virus tidak menyebar lebih lanjut. Mini-lockdown ini rencananya berlaku hingga 30 Juni.
Akibat dari merebaknya wabah, pasar kembali diliputi dengan
kecemasan. Dini hari tadi tiga indeks utama Wall Street anjlok dengan
Dow Jones turun 2,72% dan S&P 500 terpangkas 2,58%. Sementara di
saat yang sama Nasdaq Composite melemah 2,19%.
Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merilis proyeksi ekonomi
globalnya baru-baru ini. Lembaga yang bermarkas di Washington DC itu
merevisi turun pertumbuhan ekonomi tahun 2020. IMF menurunkan 1,9 poin
persentase proyeksi pertumbuhan output global menjadi minus 4,9% untuk
tahun ini.
Bagaimanapun juga dengan prospek ekonomi yang masih 'gloomy' membuat para pemangku kebijakan diperkirakan masih akan menggelontorkan stimulus untuk meredam dampak pandemi.
Suku bunga yang rendah dan banjir stimulus fiskal dan moneter membuat
potensi inflasi yang tinggi ke depannya. Emas sebagai aset lindung
nilai (hedging) menjadi instrumen investasi yang menarik.
Dalam kondisi ketidakpastian dan ancaman tingginya inflasi di masa
mendatang, maka prospek emas masih menarik. Investor mencari suaka dan
lari ke emas. Permintaan yang tinggi turut mendongkrak harga emas lebih
lanjut.
Harapan inflasi jangka panjang masih lemah dan memiliki ruang untuk
naik kata Daniel Ghali ahli strategi komoditas di TD Securities,
mengutip Reuters. Ketika Anda memiliki suku bunga rendah dan kenaikan
inflasi, itu berarti suku bunga riil ditekan dan itulah faktor yang
mendorong harga emas lebih tinggi - RIFAN FINANCINDO
Sumber : cnbcindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar